Laman

10.4.11

~ Khadijah binti Khuwailid ramengajarkan tentang CINT4 ~

Diriwayatkan dalam sahih
Bukhari dengan sanadnya, dari
Ibnu Syihab dari Urwah bin Az
Zubair dari Aisyah, ummul
mukminin menceritakan hadits
tentang pemulaan turunnya wahyu, yaitu ketika Malaikat Jibril
turun menemui Muhammad di gua
Hira’ dan memintanya membaca ” iqra’ ” tiga kali. Tiga kali juga Muhammad saw.
menjawab“Maa ana biqari’ “, menegaskan bahwa beliau tidak
bisa membaca. Kata “maa” merupakan penafian atau
pengingkaran bahwa memang
beliau tidak sanggup membaca
sama sekali. Kemudian Jibril
mendekapnya dengan kuat.
Peristiwa tiba-tiba itu membuat Muhammad saw. takut dan
khawatir terhadap dirinya. Muhammad saw. segera pulang
menemui Khadijah binti
Khuwailid ra seraya berkata,
“Selimuti aku, selimuti aku.” Dengan sigap Khadijah
menyelimutinya, perlahan rasa
takut mulai menghilang. Setelah
merasa tenang, Muhammad saw.
menceritakan kejadian yang
dialaminya. “Sungguh saya takut terhadap diriku.” pungkas Muhammad saw. “ﻓﻘﺎﻟﺖ ﺔﺠﻳﺪﺧ : ﻢﺣﺮﻟﺍ ﻞﺼﺘﻟ ﻚﻧﺇ ﺍﺪﺑﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﻚﻳﺰﺨﻳ ﺎﻣ ﻪﻠﻟﺍﻭ ﻼﻛ ، ﻞﻜﻟﺍ ﻞﻤﺤﺗﻭ ، ﻡﻭﺪﻌﻤﻟﺍ ﺐﺴﻜُﺗﻭ ، ﻒﻴﻀﻟﺍ ﻯﺮﻘُﺗﻭ ، ﺐﺋﺍﻮﻧ ﻰﻠﻋ ﻦﻴﻌُﺗﻭ ﺍﻟﺤﻖ” Dengan sigap dan mantap Khadijah
menjawab, “Tidak, sekali-kali tidak, Demi Allah, Allah tidak
akan menghinakan engkau
selamanya, karena engkau
penyambung silaturahim,
membantu yang memerlukan,
meringankan orang yang tidak berpunya, memulyakan tamu dan
menolong untuk kebenaran.” Yang menarik untuk disebut dari
periwayatan ini adalah, bahwa
Aisyah istri Rasulullah saw.
sangat cemburu dengan Khadijah ,
namun demikian, Aisyah secara
amanah meriwayatkan kisah ini apa adanya, tidak dikurangi
sedikit pun. Subhanallah! (ﻓﺪﺧﻞ ﻋﻠﻰ ﺧﺪﻳﺠﺔ ﺑﻨﺖ ﺧﻮﻳﻠﺪ) “Maka Muhammad segera pulang
menemui Khadijah di rumahnya”, mengisyaratkan bahwa
Muhammad saw. “betah” berkeluarga dengan Khadijah,
bahkan beliau mengkhususkan
curhat kepadanya atas kejadian
yang dialaminya. Padahal Khadijah
ra tidak sendirian di rumahnya,
Khadijah bersama anak-anaknya - bukan anak Muhammad dari hasil
pernikahan dengan Khadijah-. Seandainya Muhammad saw.
tidak “betah” di rumah Khadijah, pasti beliau tidak akan pulang ke
rumah Khadijah di saat dirinya
dihantui ketakutan seperti itu. Muhammad saw. minta
diselimuti, ketika rasa takut
dalam dirinya lenyap dan rasa
khawatir yang menyelimuti
jiwanya hilang, Muhammad saw.
baru menceritakan apa yang terjadi. Rasa takut yang demikian hebat
mampu menghalangi berpikir
jernih dan menghambat
berinisiatif secara cepat dan
tepat. (ﻓﻠﻤﺎ ﺫﻫﺐ ﻋﻦ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺍﻟﺮﻭﻉ ﻭﺟﺎﺀﺗﻪ ﺍﻟﺒﺸﺮﻯ ﻳﺠﺎﺩﻟﻨﺎ ﻓﻲ ﻗﻮﻡ ﻟﻮﻁ( “Maka tatkala rasa takut hilang
dari Ibrahim dan berita gembira
telah datang kepadanya, diapun
bersoal jawab dengan (malaikat-
malaikat) kami tentang kaum
Luth.” Huud:74 (ﻓﺰﻣﻠﻮﻩ ﺣﺘﻰ ﺫﻫﺐ ﻋﻨﻪ ﺍﻟﺮﻭﻉ) Penggunaan huruf ” fa’ ” dalam potongan hadits di atas
menunjukkan kesigapan seorang
istri, “Maka Khadijah langsung menyelimutinya, sehingga
hilanglah rasa takut darinya.” Muhammad saw. terkenal sebagai
seorang yang selalu menjaga
kehormatan dan kepribadian
dirinya, sehingga tidak mungkin
beliau meminta diselimuti, kalau
bukan karena kondisi yang menimpa dirinya sedemikian
hebat. Namun, rasa takut dan khawatir
yang dialami Muhammad saw.
adalah hal yang wajar,
sebagaimana nabi-nabi
sebelumnya juga demikian, “Maka tatkala dilihatnya tangan
mereka tidak menjamahnya,
Ibrahim memandang aneh
perbuatan mereka, dan merasa
takut kepada mereka. Malaikat itu
berkata: “Jangan kamu takut, Sesungguhnya kami adalah
(malaikat-malaikat) yang diutus
kepada kaum Luth.” Huud:70 “Maka Musa merasa takut dalam
hatinya.” Thaaha:67 “(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim
merasa takut terhadap mereka.
mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan
(kelahiran) seorang anak yang
alim (Ishak). Adz Dzariat:28 Muhammad menceritakan
kejadian yang dialaminya setelah
beliau benar-benar merasakan
ketenangan. Muhammad memilih
Khadijah sebagai tempat curhat
beliau. Kenapa? Karena Khadijah orang yang paling tahu tentang
dirinya, orang yang paling dekat
dengannya, Khadijah tahu, bahwa
apa yang diceritakan suaminya
adalah benar. Sekaligus Muhammad saw. juga
paham bahwa istrinya mampu
memberi jalan keluar dari
peristiwa yang hadapinya. Khadijah seorang yang cerdas,
mengetahu solusi jitu atas apa
yang dialami suaminya, termasuk
perihal yang belum pernah terjadi
sekalipun. Permulaan turunnya wahyu
merupakan tahapan baru bagi
kehidupan Muhammad saw.
turunnya wahyu dengan tiba-tiba
menjadikan diri beliau berubah
statusnya. Turunya permulaan wahyu ini sebagai deklarasi
tersambungnya kembali antara
langit (risalah Ilahiyah) dengan
bumi (tugas penyampaian dan
sikap optimisme hidup). Tersambungnya kembali jalinan
langit dan bumi, setelah
sebelumnya terputus beberapa
abad. Inilah proses penguatan
jiwa Muhammad saw. sebagai
seorang manusia untuk menerima risalah Ilahiyah. Karena itu, Muhammad saw.
berkata, “Saya takut terhadap diriku sendiri” rasa takut terhadap apa yang ia lihat dan di
dengar itu bagian dari tipu daya
jin atau dukun, sebagaimana yang
dipaparkan dalam buku-buku sirah
tentang ketakutan Muhammad
saw. terhadap dirinya. Khadijah menjawab dengan
mantap, karena dilatar belakangi
pengenalan panjangnya terhadap
pribadi Muhammad saw. sejak
menjadi pedagang. Pengenalan panjang Khadijah
sebelum menikah dengan
Muhammad, yaitu informasi di
dapat dari pembantunya yang
bernama Maisaroh -seorang laki-
laki- yang menemani Muhammad saw. berdagang ke Syam, di mana
Maisaroh melihat awan dengan
mata kepala sendiri berjalan
menaungi Muhammad saw. di
suasana terik matahari. Dalam
riwayat lain dua malaikat menaungi Muhammad saw.
kemana saja ia berjalan dari terik
matahari. Atau berteduhnya Muhammad
saw. di bawah sebuah pohon.
Seorang Rahib yang melihat
kejadian itu berkomentar, “Tidak ada orang yang berteduh di pohon
ini kecuali ia adalah seorang nabi,
sebagaimana diterangkan dalam
kitab asli kami.” Dan ketika diceritakan ciri-ciri Muhammad,
maka itu persis tertulis dalam
kitab mereka. Kisah ini ditulis di banyak buku
sirah, seperti sirah Ibnu Ishaq,
sirah Ibnu Hisyam, sirah As
Suyuthi, sirah As Suhaili dan
lain-lain. Makanan, ketika Khadijah
menjawab dengan mantap, “Tidak, sekali-kali tidak” adalah berdasarkan data-data panjang
yang ia ketahui sebelumnya.
Jawaban yang juga tidak diduga
Muhammad saw. sendiri.
Jawaban tegas, memancar dari
aliran cintanya kepada suaminya. Kenapa tidak? Karena Khadijah
yakin bahwa beliau adalah utusan
Allah swt. untuk umat ini. Khadijah segera mencarikan
informasi kepada tokoh agama,
Waraqah bin Naufal, atau kepada
pendeta Buhaira tentang kejadian
yang dialami Muhammad saw.
Keduanya berkomentar, bahwa Muhammad seorang nabi akhir
zaman untuk umat ini. Proses nikahnya Khadijah dengan
Muhammad pun unik, dimana
Khadijah meminta salah seorang
wanita Quraisy untuk
mempengaruhi Muhammad dengan
menceritakan keistimewaan dan kelebihan Khadijah. Di akhir lobi,
wanita itu menawarkan kepada
Muhammad, bahwa Khadijah layak
menjadi Istrinya, dan Muhammad
cocok menjadi suaminya. Dengan ditemani pamannya, Abu
Thalib dan paman-paman yang
lain, Muhammad saw. melamar
Khadijah. Sejarah sirah
mencatat, bahwa Khadijah ketika
itu sebagai seorang pebisnis ulung yang sangat kaya raya. Kisah lain yang menguatkan bahwa
Muhammad saw. seorang Rasul
adalah sebagaimana diriwayatkan
Imam Baihaqi dari Ibnu Ishaq,
bahwa Khadijah bersanding
dengan Muhamamd saw. di dalam rumahnya. Khadijah berkata,
“Apakah engkau melihat Malaikat
Jibril? Muhammad menjawab,
“Ya”. Maka Khadijah masuk kebilik kamarnya dan bersanding dengan
Muhammad seraya membuka tutup
kepala dan cadar yang dipakainya.
Khadijah kembali bertanya,
“Apakah engkau masih melihatnya?
Tidak, jawab Muhamamd saw.
Khadijah berkomentar, Ia
bukanlah setan, ia adalah malaikat
wahai putra pamanku. Khadijah
yakin dan bersaksi bahwa apa yang dibawa Muhammad saw.
adalah kebenaran. Demikian, kita melihat sikap
bijak ummul mukminin, Khadijah
ra. Dirinya menjadi dewasa dan
matang bersamaan dengan
kejadian-kejadian yang
dialaminya. Khadijah menjadi mudah menyelesaikan persoalan
bersamaan dengan permasalahan-
permasalahan yang dihadapinya.
Khadijah tidak sekedar
menggembirakan dan membela
Muhammad saw. berdasarkan dugaan atau kamuflase belaka.
Akan tetapi Khadijah
mempersembahkan pembelaan dan
menyenangkan hati suaminya
karena berdasarkan data-data
panjang yang ia hadapi selama ini. Dengan sigap dan penuh cinta,
Khadijah mendampingi suaminya
menghadapi persoalan hidup.
Allahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

masukan anda