Laman

7.3.11

Mengapa Hati Membatu?

Ibnu al-Qayyim rahimahullah
mengatakan dalam kitabnya Bada’i al-Fawa’id [3/743], “Tatkala mata telah mengalami kekeringan
disebabkan tidak pernah menangis
karena takut kepada Allah ta’ala, maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya keringnya mata itu
adalah bersumber dari kerasnya
hati. Hati yang paling jauh dari
Allah adalah hati yang keras.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar
terlindung dari hati yang tidak
khusyu’, sebagaimana terdapat dalam hadits, “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu
yang tidak bermanfaat, dari hati
yang tidak khusyu’, dari hawa nafsu yang tidak pernah merasa
kenyang, dan dari doa yang tidak
dikabulkan.” (HR. Muslim [2722]). Diriwayatkan dari Uqbah bin
Amir radhiyallahu’anhu, dia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah keselamatan itu? Apakah
keselamatan itu?”. Maka Nabi menjawab, “Tahanlah lisanmu, hendaknya rumah terasa luas
untukmu, dan tangisilah
kesalahan-kesalahanmu.” (HR. Tirmidzi [2406], dia
mengatakan; hadits hasan. Hadits
ini disahihkan al-Albani dalam
Shahih at-Targhib [2741]). Abu Sulaiman ad-Darani
rahimahullah mengatakan [al-
Bidayah wa an-Nihayah, 10/256],
“Segala sesuatu memiliki ciri,
sedangkan ciri orang yang
dibiarkan binasa adalah tidak bisa
menangis karena takut kepada
Allah.” Di antara sebab kerasnya hati
adalah : * Berlebihan dalam berbicara
* Melakukan kemaksiatan atau
tidak menunaikan kewajiban
* Terlalu banyak tertawa
* Terlalu banyak makan
* Banyak berbuat dosa * Berteman dengan orang-orang
yang jelek agamanya Agar hati yang keras menjadi
lembut
Disebutkan oleh Ibnu al-Qayyim
di dalam al-Wabil as-Shayyib
[hal.99] bahwa suatu ketika ada
seorang lelaki yang berkata kepada Hasan al-Bashri, “Wahai Abu Sa’id! Aku mengadu kepadamu tentang kerasnya hatiku.” Maka Beliau menjawab, “Lembutkanlah hatimu dengan berdzikir.” Sebab-sebab agar hati menjadi
lembut dan mudah menangis
karena Allah antara lain : * Mengenal Allah melalui nama-
nama, sifat-sifat, dan perbuatan-
perbuatan-Nya
* Membaca al-Qur’an dan merenungi kandungan maknanya
* Banyak berdzikir kepada Allah
* Memperbanyak ketaatan
* Mengingat kematian,
menyaksikan orang yang sedang di
ambang kematian atau melihat jenazah orang
* Mengkonsumsi makanan yang
halal
* Menjauhi perbuatan-perbuatan
maksiat
* Sering mendengarkan nasehat * Mengingat kengerian hari
kiamat, sedikitnya bekal kita dan
merasa takut kepada Allah
* Meneteskan air mata ketika
berziarah kubur
* Mengambil pelajaran dari kejadian di dunia seperti melihat
api lalu teringat akan neraka
* Berdoa
* Memaksa diri agar bisa
menangis di kala sendiri [diringkas dari al-Buka' min
Khas-yatillah, hal. 18-33 karya
Ihsan bin Muhammad al-'Utaibi] Tidak mengamalkan ilmu, sebab
hati menjadi keras
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Disebabkan tindakan (ahli kitab) membatalkan ikatan
perjanjian mereka, maka Kami
pun melaknat mereka, dan Kami
jadikan keras hati mereka.
Mereka menyelewengkan kata-
kata (ayat-ayat) dari tempat (makna) yang semestinya, dan
mereka juga telah melupakan
sebagian besar peringatan yang
diberikan kepadanya.” (QS. Al- Maa’idah : 13). Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa kerasnya hati
ini termasuk hukuman paling
parah yang menimpa manusia
(akibat dosanya). Ayat-ayat dan
peringatan tidak lagi bermanfaat
baginya. Dia tidak merasa takut melakukan kejelekan, dan tidak
terpacu melakukan kebaikan,
sehingga petunjuk (ilmu) yang
sampai kepadanya bukannya
menambah baik justru semakin
menambah buruk keadaannya (lihat Taisir Al-Karim Ar-
Rahman, hal. 225)

Banggakan Kekurangan Anda

Semua orang punya kekurangan. Pada
umumnya, tidak ada orang yang mau
kekurangannya diketahui banyak
orang. Malah kalau bisa kita tutupi,
kita gali dalam-dalam dan kita timbun
kekurangan kita itu supaya tidak ada orang lain yang akan pernah tahu.
Punya kekurangan itu memalukan!
BeGitu kan pandangan kita tentang
kekurangan yang kita miliki? Tapi, Anda tau tidak kalau orang-orang
sukses itu bangga dengan kekurangan
yang mereka miliki? Tidak percaya?
Mereka tidak malu untuk nutupin
kekurangannya. Mereka tidak
berusaha untuk nimbun kekurangannya supaya orang lain tidak tau. Mereka
malah menceritakannya ke orang-
orang. Koq gitu? Sebenarnya teorinya sih sederhana.
Begini... Pada dasarnya semua orang tidak ada
yang mau malu. Dan, semua orang itu
sebagai manusia perlu pertolongan
orang lain. Dari kita lahir, kita punya
kekurangan,… tidak bisa ngomong, tidak bisa makan sendiri, tidak bisa
ngancingin baju sendiri, tidak bisa
jalan, dst. Kita perlu bantuan orang-
orang disekitar kita untuk bisa pelan-
pelan belajarin itu semua. Kalau kita perhatikan, kenapa kita
akhirannya bisa melakukan itu semua… karena ketika kita bayi, kita tidak
berusaha untuk menutupi kekurangan
kita , dan oleh karena
itulah, orang-orang disekitar kita pun
membantu kita sehingga kita bisa melakukan itu semua.
Jadi, banggakanlah kekurangan Anda!
Ceritakanlah kekurangan Anda!
Jangan ditutup-tutupin. Tujuannya?
Bukan untuk mempermalukan diri
sendiri, tapi supaya dapat
pertolongan dari orang lain, dan supaya Anda belajar. Supaya
kekurangan Anda itu suatu saat
menjadi kelebihan .

BERJUTA KERINDUANKUUNTUKMU WAHAI AYAHBUNDAKU

Kubuka lembaran kisah yang
memilukan
Dari sekumpulan kehidupan yang
berjalan
Kutelaah, setiap pelajaran hidup
yang DIA suguhkan untukku Agar aku mengerti setiap cobaan
dan harapan yg terjadi
Bukan untuk memenjarakan aku,
bukan untuk hukumanku
Tapi untuk mengasah sampai
dimana rasa cintaku padaMU Berawal ketika aku kecil
Disaat teman - teman sebayaku
bercengkrama mesra dengan
mereka
Lalu dimana ayah ibuku berada
Tak pernah bisa ku pandang wajahnya
Tak bisa kusentuh tangannya
walau sekedar untuk menciumnya Kupandangi wajah2 bahagia
sebayaku
Dalam pelukan kasih sayang
kehangatan
Dalam gendongan bunda, dan
gurauan sang ayah Lalu dimana mereka yg kupunya
Pernahkah bunda memelukku,
Pernahkah bunda menggendongku
Pernahkah ayah mengajakku
bersenda gurau
Pernahkah... Ah, pemandangan itu semakin
menyiksaku
Kenapa aku tak pernah bisa
merasakan
Kehangatan cinta darimereka
Siapa yg salah dalam kehidupanku Mengapa Alloh membiarkan aku
sendirian
Tanpa mereka disampingku Wahai ayah, wahai bunda tercinta
Dimana engkau saat aku sakit
Dimana engkau saat aku ingin
mengadu
Dimana engkau ketika orang2
mempertanyakanmu Dimana engkau ketika aku bangun
dari tidur
Dan tak pernahku dapati dirimu
dikamar kecilku.
Dimana engkau ketika butuh
perhatianmu Dimana engaku ketika aku
menangis. merintih dan terluka
Dimana engkau wahai ayah
bundaku..... Ya Robb,
Aku tau tangisku tak akan
mengembalikan mereka kepadaku
Sedihku tak akan membangkitkan
mereka untukku
Karena ENGKAU lebih berhak atas mereka
Karena mereka adalah
kepunyaanMU Kini dipusara mereka aku
bersimpuh
Memohon ampun untuknya
Wahai ayah dan bundaku....
Bahagiakah engkau di alam sana....
Atau menderitakah engkau dialam sana
Terangkahkah pembaringanmu,
atau gelap yg kau rasakan
Dapatkah kau melihat aku dari
alam sana
Yang tak pernah bisa kau menjagaku Ya Alloh Yang Maha Rahman
Jangan biarkan ayah bundaku
mengalami gelap
Jangan biarkan ayah bundaku
menderita
Berilah kebahagiaan untuk mereka Sayangilah mereka sebagaimana
mereka menyayangiku Ya Alloh....
Berilah tempat yang indah untuk
mereka
Tempat sebaik baiknya tempat
disurga
Bersama doa yang selalu kuhimpun dan kukirim untuk mereka
Aku ikhlas ya Robb
Seikhlashati mereka
meninggalkan aku...
Ampuni aku, ampuni dosa ayah
bundaku. Ayah bundaku, betapa aku
mencintaimu.....

6.3.11

SIFAT-SIFAT ISTRISHOLEHAH

Assalamu'alaikum warahmatullah
wabarakatuh. Sifat istri shalihah bisa kita
rinci berikut ini berdasarkan
dalil-dalil yang disebutkan
setelahnya: 1. Penuh kasih sayang, selalu
kembali kepada suaminya dan
mencari maafnya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-
istri kalian yang menjadi
penghuni surga yaitu istri yang
penuh kasih sayang, banyak anak,
selalu kembali kepada suaminya.
Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan
meletakkan tangannya pada tangan
suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau
ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah
Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy-
Syaikh Al Albani rahimahullah,
no. 287)
2. Melayani suaminya
(berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan
minumnya, tempat tidur, pakaian,
dan yang semacamnya.
3. Tidak memberikan Kemaluan
nya kecuali kepada suaminya. Al Quran :
“Perempuan yang berzina dan laki-
laki yang berzina, maka deralah
tiap-tiap seorang dari keduanya
seratus dali dera, dan janganlah
belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah, dan
hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan
orang-orang yang beriman. (an- Nuur: 2-3).
“Dan janganlah kamu mendekati
zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk,” (al-Israa’: 32)
“Dan orang-orang yang tidak
menyembah tuhan yang lain
beserta Allah dan tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) kecuali dengan
(alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang
melakukan yang demikian itu,
niscaya dia mendapat
(pembalasan) dosa(nya), (yakni)
akan dilipat gandakan azab
untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam
keadaan terhina,” (al-Furqaan: 68-69).
“Hai Nabi, apabila datang
kepadamu perempuan-perempuan
yang beriman untuk mengadakan
janji setia, bahwa mereka tiada
akan menyekutukan Allah, tidak
akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-
anaknya, tidak akan berbuat dusta
yang mereka ada-adakan antara
tangan dan kaki mereka dan tidak
akan mendurhakaimu dalam
urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan
mohonkanlah ampunan kepada
Allah untuk mereka.
Sesungguhnya Allah maha
Pengampun lagi Maha
Penyayang,” (al-Mumtahanah: 12). HADIS :
Diriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a, ia berkata, Rasulullah saw.
bersabda, “Tiga jenis orang yang Allah tidak mengajak berbicara
pada hari kiamat, tidak
mensucikan mereka, tidak
melihat kepada mereka, dan bagi
mereka adzab yang pedih: Orang
yang berzina, penguasa yang pendusta, dan orang miskin yang
sombong,” (HR Muslim [107]). Diriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a, bahwasanya Rauslullah saw.
bersabda, “Tidaklah berzina seorang pezina saat berzina
sedang ia dalam keadaan mukmin,” Masih diriwayatkan darinya dari
Nabi saw. beliau bersabda, “Jika seorang hamba berzina maka
keluarlah darinya keimanan dan
jadilah ia seperti awan mendung.
Jika ia meninggalkan zina maka
kembalilah keimanan itu
kepadanya,” (Shahih, HR Abu Dawud [4690]).
Diriwayatkan dari al-Miqdad bin
al-Aswad r.a, ia berkata,
Rasulullah saw. bersabda kepada
para sahabatnya, “Bagaimana pandangan kalian tentang zina?” Mereka berkata, “Allah dan Rasul- Nya telah mengharamkannya maka
ia haram sampai hari kiamat.” Beliau bersabda, “Sekiranya seorang laki-laki berzina dengan
sepuluh orang wanita itu lebih
ringan daripada ia berzina dengan
isteri tetangganya,” (Shahih, HR Bukhari dalam Adabul Mufrad
[103]).
4. Menjaga rahasia-rahasia
suami, lebih-lebih yang berkenaan
dengan hubungan intim antara dia
dan suaminya. Asma’ bintu Yazid radhiallahu ‘anha menceritakan dia pernah berada di sisi
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan
wanita sedang duduk. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa
yang diperbuatnya dengan
istrinya (saat berhubungan
intim), dan barangkali ada
seorang istri yang mengabarkan
apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab.
Aku (Asma) pun menjawab: “Demi Allah! Wahai Rasulullah,
sesungguhnya mereka (para istri)
benar-benar melakukannya,
demikian pula mereka (para
suami).” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan lagi kalian lakukan, karena yang
demikian itu seperti syaithan
jantan yang bertemu dengan
syaitan betina di jalan, kemudian
digaulinya sementara manusia
menontonnya.” (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani
rahimahullah dalam Adabuz Zafaf
(hal. 63) menyatakan ada
syawahid (pendukung) yang
menjadikan hadits ini shahih atau
paling sedikit hasan) 5. Selalu berpenampilan yang
bagus dan menarik di hadapan
suaminya sehingga bila suaminya
memandang akan
menyenangkannya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik
perbendaharaan seorang lelaki,
yaitu istri shalihah yang bila
dipandang akan menyenangkannya,
bila diperintah akan mentaatinya
dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil
rahimahullah berkata dalam Al-
Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”) 6. Ketika suaminya sedang berada
di rumah (tidak bepergian/
safar), ia tidak menyibukkan
dirinya dengan melakukan ibadah
sunnah yang dapat menghalangi
suaminya untuk istimta’ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa,
terkecuali bila suaminya
mengizinkan. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah)
sementara suaminya ada (tidak
sedang bepergian) kecuali dengan
izinnya”. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
7. Pandai mensyukuri pemberian
dan kebaikan suami, tidak
melupakan kebaikannya, karena
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Diperlihatkan neraka kepadaku,
ternyata aku dapati kebanyakan
penghuninya adalah kaum wanita
yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak
mensyukuri) kebaikannya.
Seandainya salah seorang dari
kalian berbuat baik kepada
seorang di antara mereka (istri)
setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang
tidak berkenan baginya) niscaya
dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama
sekali.” (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
8. Bersegera memenuhi ajakan
suami untuk memenuhi hasratnya,
tidak menolaknya tanpa alasan
yang syar’i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia
tahu dan takut terhadap berita
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah
seorang suami memanggil
istrinya ke tempat tidurnya lalu
si istri menolak (enggan)
melainkan yang di langit murka
terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436)
9. Melegakan hati suami bila
dilihat. Rasulullah bersabda, ”Bagi seorang mukmin laki-laki,
sesudah takwa
kepada Allah SWT, maka tidak
ada sesuatu yang paling berguna
bagi dirinya,
selain istri yang shalehah. Yaitu, taat bila diperintah, melegakan
bila
dilihat, ridha bila diberi yang
sedikit, dan menjaga kehormatan
diri dan
suaminya, ketika suaminya pergi.” (HR Ibnu Majah). 10. Amanah. Rasulullah bersabda,
”Ada tiga macam keberuntungan
(bagi
seorang lelaki), yaitu: pertama,
mempunyai istri yang shalehah,
kalau kamu
lihat melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah serta
menjaga kehormatan
dirinya dan hartamu …” (HR Hakim). 11, istri shalehah mampu
memberikan suasana teduh dan
ketenangan berpikir
dan berperasaan bagi suaminya.
Allah SWT berfirman, ”Di antara tanda
kekuasaan-Nya, yaitu Dia
menciptakan pasangan untuk diri
kamu dari jenis kamu
sendiri, agar kamu dapat
memperoleh ketenangan bersamanya. Sungguh di dalam
hati yang demikian itu merupakan
tanda-tanda (kekuasaan) Allah
bagi kaum yang
berpikir.”(QS Ar Rum [30]: 21). Demikianlah Istri shaleha itu
menurut Kitab Suci Al Quran dan
Hadis2 sahih….

BAHAYA LISAN

Lisan, bentuknya memang relatif
kecil bila dibandingkan dengan
anggota tubuh yang lain, namun
ternyata memiliki peran yang
sangat besar bagi kehidupan
manusia. Celaka dan bahagia ternyata tak lepas dari bagaimana manusia memanajemen lidahnya.
Bila lidah tak terkendali,
dibiarkan berucap sekehendaknya,
alamat kesengsaraan akan segera
menjelang. Sebaliknya bila ia
terkelola dengan baik , hemat dalam berkata, dan memilih
perkataan yang baik-baik, maka
sebuah alamat akan datangnya
banyak kebaikan.. Di saat kita hendak berkata-kata,
tentunya kita harus berpikir
untuk memilihkan hal-hal yang
baik untuk lidah kita. Bila sulit
mendapat kata yang indah dan
tepat maka ahsan (mendingan) diam. Inilah realisasi dari sabda
Rasulullah sholallohu alaihi
wasalam "Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir maka
hendaknya ia berkata yang baik
atau diam ( HR Muslim ) di samping itu kita pun harus
paham betul manakah lahan-medan
kejelekan sehingga lidah kita
tidak keliru memijaknya. Kita
harus tahu apakah sebuah hal
termasuk dalam bagian dosa bagi lidah kita atau tidak? Bila kita
telah tahu , tentunya kita
bersegera untuk
meninggalkannya. Diantara medan-medan dosa bagi
lidah kita antara lain.. *
Ghibah
Ghibah bila didefinisikan maka
seperti yang diungkapkan oleh
Rasulullah sholallohu alaihi
wasalam "Engkau menyebutkan tentang
saudaramu, dengan apa-apa yang
dia benci" terus bagaimana jika
yang kita bicarakan tersebut
memang benar-benar ada pada
saudara kita? "Jika memang ada padanya apa yang engkau katakan
maka engkau telah meng-
ghibahinya, dan bila tidak ada
padanya maka engkau telah
berdusta" (HR. Muslim) Di dalam Al quran , Allah ta'ala
menggambarkan orang yang meng-
ghibahi saudaranya seperti orang
yang memakan bangkai
saudaranya: "Janganlah kalian saling memata-
matai dan jangan mengghibahi
antara satu dengan yang lain,
sukakah kalian memakan daging
saudaranya tentu kalian akan
benci" ( Al Hujurat 12) Tentu sangat menjijikkan makan
daging bangkai , semakin
menjijkkan lagi apabila yang
dimakan adalah daging bangkai
manusia , apalagi saudara kita
sendiri. Demikianlah ghibah, ia pun sangat menjijkkan sehingga
sudah sepantasnya untuk dijauhi
dan dan ditinggalkan. Lebih ngeri bila berbicara
tentang ghibah, apabila kita
mengetahui balasan yang akan
diterima pelakunya. Seperti
dikisahkan oleh Rasulullah
sholallohu alaihi wasalam di malam mi'rajnya. Beliau
menyaksikan suatu kaum yang
berkuku tembaga mencakar wajah
dan dada mereka sendiri. Rasul
pun bertanya tentang keberadaan
mereka, maka dijawab bahwa mereka lah orang-orang yang
ghibah melanggar kehormatan
orang lain. *
Namimah
Kalau diartikan ia bermakna
memindahkan perkataan dari satu
kaum kepada kaum yang lain untuk
merusak keduanya. Ringkasnya "adu domba". Sehingga Allah
mengkisahkan tentang mereka
dalam Al-Qur'an. Mereka yang
berjalan dengan namimah ,
menghasut, dan mengumpat. Di
sekitar kita orang yang punya profesi sebagai tukang namimah
sangat banyak bergentayangan,
dan lebih sering di kenal sebagai
provokator-kejelekan. Namimah
bukan hal yang kecil , bahkan para
ulama mengkatagorikannya di dalam dosa besar . Ancaman
Rasulullah bagi tukang namimah " tidak akan masuk surga orang
yang mengadu domba (HR
Bukhari) akibat namimah ini sangat besar
sekali, dengannya terkoyak
persahabatan saudara karib dan
melepaskan ikatan yang telah
dikokohkan oleh Allah. Ia pun
mengakibatkan kerusakan di muka bumi serta menimbulkan
permusuhan dan kebencian. *
Dusta
Dusta adalah menyelisihi
kenyataan atau realita. Dusta
bukanlah akhlaq orang yang
beriman, bahkan ia melekat pada kepribadian orang munafiq "Tiga ciri orang munafik, apabila
berkata berdusta, apabila
berjanji mengingkari dan apabila
dipercaya berkhianat (HR
Bukhari dan Muslim) padahal orang munafik balasannya
sangat mengerikan "di bawah
kerak api neraka" Dusta pun
mengantarkan pelakunya kepada
kejelekan "Sungguh kedustaan
menunjukkan kepada kejelekan dan kejelekan mengantarkan kepada
neraka.