Laman

29.4.10

Syukuri kelulusan dengan mengumpulkan baju seragam

Sepekan terakhir ini, jutaan lembar baju seragam dicorat-coret dan terbuang percuma. Sementara di
seluruh pelosok negeri, jutaan anak tak punya baju seragam untuk sekolah. Sampaikan kepada saudara/i kita agar tidak mencorat-coret baju seragamnya. Syukuri kelulusan dengan mengumpulkan baju seragam yang tak
terpakai lagi. Salurkan ke Aksi Cepat Tanggap (ACT), Jl Ir H Juanda No 50 Perkantoran Ciputat Indah Permai Blok B-8, Ciputat (021-7414482). Tolong sebarkan ke semua friends list di YM dan Facebook (Grup, Status, dan Catatan)


>>> Seberapa Tinggi Harga Seragam Sekolah?
Ditulis oleh Bayu Gawtama, Direktur Program ACT Foundation.


“Kenapa nggak sekolah nak?” tanya Pak Baihaki kepada salah seorang muridnya yang sudah beberapa hari tidak masuk sekolah. Si murid pilu menjawab, “Saya tidak punya seragam lagi, yang biasa dipakai sudah sobek”. Pak Bai, begitu panggilan akrab Kepala Sekolah SMP Modis (model islami) ini tertunduk haru, ini bukan satu-satunya murid yang mundur dari sekolahnya lantaran tidak punya seragam sekolah. Ia selalu mengupayakan untuk mendapatkan baju-baju seragam bekas dari mana saja bisa didapat, agar semata anak-anak didiknya bisa terus bersekolah.


“Mereka hanya malu, karena selalu pakai yang itu-itu saja setiap hari. Tetapi memang ada juga yang benar-benar tidak lagi memiliki seragam sekolah,” terang Pak Bai sambil menghela napasnya. Sudah puluhan muridnya yang meninggalkan bangku sekolah, tentu saja dengan berbagai alasan meskipun sekolah Modis yang dikelolanya itu seratus persen gratis. “tidak satu rupiah pun murid disini dimintai bayaran, mereka tinggal datang dan belajar,” ujarnya.
Sekolah Modis terletak di Kampung Pasar Rebo, Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, jika menggunakan kendaraan pribadi dari Jakarta hanya kurang dari dua jam sudah bisa sampai ke lokasi ini. Sekolah tersebut hanya memilki dua ruang kelas yang belum diplester luar dalam, lantai masih sekadar disemen kasar, dengan fasilitas seadanya. Selain meja belajar yang semuanya bekas, sebagian sudah mulai patah dan rusak, papan tulis sederhana, tanpa lemari ataupun pajangan. Sekolah berjendela tanpa kaca, dibiarkan melompong begitu saja, tak ada juga daun pintu sehingga jalur keluar masuk tanpa harus membuka dan menutup pintu. Tiang penyangga bangunan di teras sekolah masih menggunakan kayu-kayu balok biasa, yang Pak Baihaki pun tidak tahu sampai berapa lama akan bertahan.

Sebenarnya masih ada satu kelas lagi yang kondisinya “lebih baik”, yakni hasil sulapan dari teras mushola menjadi ruang kelas. “tadinya ruang ini dipakai untuk pengajian ibu-ibu, tetapi mereka ikhlas kalau ini dijadikan kelas, mengingat keterbatasan ruang belajar kami,” terang Pak Bai. Alhasil, dengan tiga kelas inilah sekitar 116 siswa belajar dengan cara digilir jam masuknya. “Alhamdulillah, dengan segala keterbatasannya, kegiatan belajar mengajar masih bisa terlaksana”.

Belum tersedia toilet, meskipun sudah ada bangunan kecil 1x2 meter yang direncanakan sebagai toilet, namun kondisinya masih belum layak pakai, sehingga jika para murid hendak ke toilet harus menumpang di rumah orang tua Pak Baihaki yang terletak di sebelah sekolah. Yang menarik, rumah gubuk yang sudah tua itu disulap Pak Baihaki menjadi kantor sekolah. Rumah itu, ya tempat tinggal juga, kantor juga. Hanya ruang tamu yang dipakai sebagai kantor, selebihnya adalah area rumah tangga si pemilik rumah. Itupun mereka harus berbagi toilet dengan ratusan murid SMP Modis.

Di “kantor” sekolah itu, teronggok beberapa komputer tua. Ada lima komputer di atas meja, namun hanya tiga yang bisa digunakan. Sekitar 4-5 komputer lagi dibiarkan menjadi rongsokan di bawah meja dan di pojok ruangan. “dengan komputer seadanya ini, kami sekadar mengenalkan murid-murid bagaimana menggunakan komputer. Mereka bersemangat sekali kalau belajar komputer, tapi dengan hanya tiga unit yang bisa digunakan, mereka harus rela bergiliran,” kata Pak Bai.

Biaya pendidikan digratiskan bagi seluruh peserta didik, bahkan pihak sekolah masih mengupayakan pengadaan buku pelajaran dan alat tulis bagi para siswa. Operasional sekolah, termasuk gaji guru diambil dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah. Jika para peserta didik tidak membayar uang sekolah sepeser pun, berapa gaji guru di sekolah tersebut? “Sekitar tiga juta…” jawab Pak Baihaki, “… untuk delapan belas guru…” tambahnya. Bayangkan, tiga juta rupiah dibagi untuk delapan belas guru.

Apa yang membuat Pak Baihaki, Pak Muhtadin –adik kandung Pak Baihaki- dan belasan guru lainnya tetap bersemangat mengajar di SMP satu-satunya di Desa Babakan ini? “Kami punya cita-cita tinggi, desa kami harus dibangun oleh tangan-tangan terampil putra daerah. Kebanyakan anak-anak disini putus sekolah setelah lulus sekolah dasar, kami ingin mengubah itu. Selain itu, kami melihat semangat belajar yang tinggi dari anak-anak, kami bayangkan suatu saat juara olimpiade fisika atau matematika berasal dari sekolah ini…” mata Pak Baihaki berbinar-binar.

Sempat Pak Baihaki menitip pesan, “Kalau masih ada seragam bekas di Jakarta, bawalah kesini. Akan sangat berharga bagi anak-anak didik kami…”

Sementara di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, saat ini kita menyaksikan pemandangan aksi coret menyoret seragam tanda kelulusan. Harga satu pasang seragam sekolah bagi mereka mungkin sangat kecil, tetapi bagi anak-anak di Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, juga di berbagai daerah tertinggal lainnya, amatlah mahal. Puluhan juta anak di Indonesia tidak sanggup melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi, mungkin sebagian dari mereka tidak sekolah hanya karena tidak memiliki seragam yang layak. Sementara di kota besar, anak-anak berkelebihan sengaja menyobek, menyoret dan bahkan membuang seragam mereka dengan berbagai alasan.

Cobalah turun ke daerah-daerah, anak-anak di kampung-kampung bermain, sekolah, menggembala ternak, sampai tidur pun menggunakan pakaian yang sama. Pakaian seragam sekolah yang tidak lagi berwarna putih, dengan kantong sobek, kerah berdaki dan kancing yang tak lengkap. Celananya pun warna merah atau birunya pudar, sebagian besar dihiasi oleh jahitan berulang kali di selangkangan serta resleting yang rusak. Ah, benar-benar mahal harga sepasang seragam sekolah… (Gaw)

***

Tulisan ini terinspirasi dari kunjungan tim ACT – Aksi Cepat Tanggap, ke sekolah Modis, di Tenjo, Kabupaten Bogor. Sebagai bagian dari program CERDAS INDONESIA, ACT

http://www.actforhumanity.or.id/perspactive/?id=45&jdl=seberapa_tinggi_harga_seragam_sekolah?

26.4.10

Pengumuman UNAS menangis dan bahagia

Pengumuman hari ini tanggal 26 April 2010,menyisakan banyak cerita,menangis,bahagia,ketawa semuanya tumpah menjadi satu saat pembagian amplop pelulusan,satu kata Alhamdulillah sekaligus sedih terharu bahagia,sedihnya karna teman sayayang kami anggap terbaik di kelas tapi tidak lulus,inilah salah satu buktib lagi bahwa UNAS itu TIDAK ADIL.
sudah sepantasnya pemerintah memberikan otonomi kapada masing-masung sekolah,secara orang yang berprestasi tapi koq tidak lulus ini kan tidak adil,,,,saya memposting artikel ini sesaat setelah pengumuman,sebenarnya masih banyak lagi unek-unek yang ingin saya keluarkan tapi sekarang lagi aksi coret-coretan,,,,

BERSERAH DIRI KEHADAPAN-MU ya ALLAH

Dalam hitungan detik merayap lambat kemenit
Setiap menit terus berputar putar berpindah hari
Degub jantung menghitung napas bersama denyut nadi
Helaan napas dari setiap pembuluh dan jantung yang kian berdebar
Terus berdegub dan denyut nadipun kian melemah
Semangkin keras degup jantung kian menyesakan napas
Sisa usia yang tinggal beberapa langkah kedepan
Sendi sendi tubuhpun terus merana kesakitan Seirama dengan bayangan dosa yang tergambar Meratapi kenikmatan yang diperoleh sesaat Memohon ampunanNya melewatkan kesempatan yang diberikan Meratapi kebohongan dan kepalsuan yang telah dipebuat Merusak,memutar balikan fakta dan merkosa aqidah Lidahpun terasa kelu untuk mengucapkan takdir Pinggang terasa kaku agar dapat membungkuk untuk ruku . Tatkala berlutut untuk bersujud Berat rasanya kepala untuk dapat bangkit karena pembuluh darah beku Sendi sendi kaki terasa ngilu dan sakit untuk tahiyat akhir bayangan dosapun semakin tampak Semakin besar dan besar seakan sulit untuk ditembus Allahu Akbar Allah Maha Adil Allah Maha Pengampun seruan bertobatpun berkumandang setiap hari Tak terbayangkan apa yang terjadi kelak Sisa usia yang tinggal beberapa langkah Anggota tubuh yang terus kesakitan
Menyesali dosa-dosa yang telah diperbuat Didalam kerentaan ini……………………………
Nampaknya masih ada sisa pengampunan dari sekian dosa
Dengan tertatih-tatih mencoba menggapainya
Mencoba agar dapat terhapuskan perbuatan nista dengan dalih khilaf
Setiap saat rasa dosa akan selalu membuntuti dan membayangi
Dari usia yang menjelang senja
Merenung dan tapakur
Beribadah,Berdzikir dan berdoa
Berserah diri dalam ibadah memohon ampunanNya
Setiap saat, setiap waktu, selalu dan selalu
Pada saat usia yang terus berkurang,ajalpun semakin dekat
Berserah diri untuk terus bertobat kematianpun tak bisa dihindari

22.4.10

BELAJAR UNTUK IKHLAS Pesan Baru

Meninggalkan Sikap Riya

Adapun ikhlas dalam ketaatan adalah meninggalkan sikap riya. Ikhlas termasuk amal hati yang tidak bisa diketahui kecuali oleh seorang hamba dan Tuhannya.

Terkadang urusan ikhlas ini samar dan tercampur baur bagi seorang hamba hingga ia meneliti lebih lanjut dan bertanya-tanya pada dirinya, dan berulang-ulang berpikir kenapa ia melaksanakan ketaatan itu atau kenapa ia melibatkan dirinya dalam ketaatan.

Jika ia menemukan bahwa dirinya melaksanakan ketaatan itu semata-mata karena Allah, maka berarti ia telah menjadi orang yang ikhlas. Jika ia menemukan dirinya ternyata melaksanakan ketaatan karena tujuan duniawi tertentu, maka berarti ia telah menjadi orang yang riya. Nafsiyah (pola sikap) seperti ini membutuhkan penanganan secara serius, yang bisa jadi membutuhkan waktu yang lama.

Tanda-tanda Ikhlas : Menyembunyikan Kebaikan Diri

Jika seseorang telah sampai pada martabat, dimana ia lebih suka menyembunyikan segala kebaikannya, maka hal itu menandakan dirinya telah ikhlas.

Al-Quthubi berkata: Al-Hasan pernah ditanya tentang ikhlas dan riya, kemudian ia berkata: Di antara tanda keikhlasan adalah jika engkau suka menyembunyikan kebaikanmu dan tidak suka menyembunyikan kesalahanmu.

Abu Yusuf berkata dalam buku Al-Kharaj: Mas’ar telah memberitahukan kepadaku dari Saad bin Ibrahim, ia berkata: Mereka (para sahabat) mengampiri seorang laki-laki pada perang Al-Qadisiyah. Laki-laki itu tangan dan kakinya terputus, ia sedang memeriksa pasukan seraya membacakan firman Allah:

مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

Mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (TQS. An-Nasa [4]: 69)

Seseorang berkata kepada laki-laki itu: Siapa engkau wahai hamba Allah? Ia berkata: Aku adalah seseorang dari kaum Anshar. Laki-laki itu tidak mau menyebutkan namanya.

Dalil Al Qur’an Wajibnya Ikhlas

Ikhlas hukumnya wajib. Dalilnya sangat banyak, baik dari Al-Kitab maupun As-Sunah.

Allah Swt. berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ

Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya. (TQS. Az-Zumar [39]: 2)

أَلاَ لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik) (TQS. Az-Zumar [39]: 3)

قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ

Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (TQS. Az-Zumar [39]: 11)

قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِينِي

Katakanlah: “Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku”. (TQS. Az-Zumar [39]: 14)

Ayat-ayat di atas merupakan seruan kepada Rasulullah saw., hanyasaja sudah dimaklumi bahwa seruan kepada Rasulullah saw. adalah juga seruan kepada umatnya.

Dalil As Sunnah Wajibnya Ikhlas

Adapun dalil wajibnya ikhlas dari As-Sunah adalah :

· Hadits dari Abdullah bin Mas’ud riwayat At-Tirmidzi dan As-Syafi’i dalam Ar-Risalah dari Nabi saw., beliau bersabda:

«نَضَّرَ اللهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ثَلاَثٌ لاَ يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلاَصُ الْعَمَلِ ِللهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ»

Allah akan menerangi orang yang mendengar perkataaku, kemudian ia menyadarinya, menjaganya, dan menyampaikannya. Terkadang ada orang yang membawa pengetahuan kepada orang yang lebih tahu darinya. Ada tiga perkara yang menyebabkan hati seorang muslim tidak dirasuki sifat dengki, yaitu ikhlas beramal karena Allah, menasihati para pemimipin kaum Muslim, dan senantiasa ada dalam jama’ah al-muslimin. Karena dakwah akan menyelimuti dari belakang mereka.

· Hadist dari Ubay bin Kaab ra. riwayat Ahmad, ia berkata dalam Al-Mukhtarah isnadnya hasan. Rasulullah saw. bersabda:

«بَشِّرْ هَذِهِ اْلأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ وَالرِّفْعَةِ وَالنَّصْرِ وَالتَّمْكِينِ فِي اْلأَرْضِ فَمَنْ عَمِلَ عَمَلَ اْلآخِرَةِ لِلدُّنْيَا لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ نَصِيبٌ»

Berikanlah kabar gembira kepada umat ini dengan kemegahan, keluhuran, pertolongan, dan keteguhan di muka bumi. Siapa saja dari umat ini yang melaksanakan amal akhirat untuk dunianya, maka kelak di akhirat ia tidak akan mendapatkan bagian apapun.

· Hadits dari Anas riwayat Ibnu Majah dan Al-Hakim, ia berkata hadits ini shahih memenuhi syarat Bukhari Muslim, Rasulullah saw. bersabda:

«مَنْ فَارَقَ الدُّنْيَا عَلَى اْلإِخْلَاصِ ِللهِ وَحْدَهُ وَعِبَادَتِهِ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ مَاتَ وَاللهُ عَنْهُ رَاضٍ»

Barang siapa yang meninggalkan dunia ini (wafat) dengan membawa keikhlasan karena Allah Swt. saja, ia tidak menyekutukan Allah sedikitpun, ia melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat, maka ia telah meninggalkan dunia ini dengan membawa ridha Allah.

· Hadits dari Abi Umamah Al-Bahili riwayat An-Nasai dan Abu Daud, Rasulullah saw. bersabda:

«إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ»

Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amal yang dilaksanakan dengan ikhlas dan dilakukakan karena mengharap ridha Allah semata. Al-Mundziri berkata isnadnya shahih.

(Sumber: Buku Hizbut Tahrir, Min Muqowwimat an Nafsiyah al Islamiyah)
www.hizbut-tahrir.or.id

KEUTAMAAN BERTAWAKKAL

1. Tawakkal adalah setengah agama
Sebagaimana yang tercantum dalam surat Al Fatihah ayat 5, Allah berfirman, yang artinya: “Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan.” Para ahli tafsir menjelaskan bahwa induk Al Qur’an adalah surat Al Fatihah. Sedangkan inti dari surat Al Fatihah adalah ayat yang ke-5 di atas. Dengan kata lain, ajaran yang terkandung dalam ayat ini merupakan inti dari ajaran islam. Karena bagian inti dari islam adalah beribadah hanya kepada Allah semata. Sementara kita tidak mungkin bisa mewujudkan tujuan ini kecuali hanya dengan bantuan dari Allah. Penggalan pertama ayat ini: “hanya kepadaMu kami beribadah” merupakan tujuan ajaran islam, sedangkan penggalan kedua: “hanya kepadaMu kami memohon pertolongan” merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan inti ajaran islam tersebut.

2. Tawakkal merupakan pondasi tegaknya iman dan terwujudnya amal shaleh
Ibnul Qoyyim menyatakan, “Tawakkal merupakan pondasi tegaknya iman, ihsan dan terwujudnya seluruh amal shaleh. Kedudukan tawakkal terhadap amal seseorang itu sebagaimana kedudukan rangka tubuh bagi kepala. Maka sebagaimana kepala itu tidak bisa tegak kecuali jika ada rangka tubuh, demikian pula iman dan tiang-tiang iman serta amal shaleh tidak bisa tegak kecuali di atas pondasi tawakkal.” (Dinukil dari Fathul Majid 341)

3. Tawakkal merupakan bukti iman seseorang
Allah berfirman, yang artinya: “Bertawakkal-lah kalian hanya kepada Allah jika kalian orang-orang yang beriman.” (QS. Al Maidah: 23). Ayat ini menunjukkan bahwa tawakkal hanya kepada Allah merupakan bagian dari iman dan bahkan syarat terwujudnya iman.

4. Tawakkal merupakan amal para Nabi ‘alahimus shalatu was salam
Hal ini sebagaimana keterangan Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma ketika menjelaskan satu kalimat: “hasbunallaah wa ni’mal wakiil” yang artinya, “Cukuplah Allah (menjadi penolong kami) dan Dia sebaik-baik Dzat tempat bergantungnya tawakkal.” Beliau mengatakan, “Sesungguhnya kalimat ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim ‘alahis shalatu was salam ketika beliau dilempar ke api. Dan juga yang diucapkan Nabi Muhammad ‘alahis shalatu was salam ketika ada orang yang mengabarkan bahwa beberapa suku kafir jazirah arab telah bersatu untuk menyerang kalian (kaum muslimin)…” (HR. Al Bukhari & An Nasa’i).

5. Orang yang bertawakkal kepada Allah akan dijamin kebutuhannya
Allah berfirman, yang artinya, “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (kebutuhannya).” (QS. At Thalaq: 3)

5 RENUNGAN

Rasulullah saw. bersabda:
Orang yang memandang rendah lima Manusia
ia merugi akan lima hal
memandang rendah Ulama, rugi tentang agama
memandang rendah Penguasa, rugi tentang dunia
memandang rendah Tetangga, rugi akan bantuannya
memandang rendah Saudara, rugi akan darmanya
dan memandang rendah Keluarga,
rugi akan harmonisnya

Rasulullah saw. bersabda:
Akan datang suatu masa
dimana ummatku mencinta lima
hingga mereka lupakan lima
cinta dunia, lupa alam baka
cinta tanah subur, lupa alam kubur
cinta harta benda, lupa hisab amalnya
cinta anak istri, lupa bidadari
dan cinta diri sendiri, lupa pada Ilahi

BISAKAH KITA MEMANFAATKAN WAKTU

Hidup akan lebih bermakna selama kita sendiri memberikan makna terhadap waktu. Bahkan Al Quran dalam surah Al Ashr memberikan perhatian khusus terhadap nilai dan esensi waktu dengan sebuah peringatan “ Demi waktu, sesungguhnya manusia pasti dalam keadaan rugi, kecuali mereka yang mampu memberikan makna terhadap waktu dengan menunjukan amal prestatif, dan saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran “
Waktu merupakan rangkaian saat, momen, kejadian atau batas awal dan akhir sebuah peristiwa. Hidup tak mungkin ada tanpa dimensi waktu, karena hidup adalah pemberdayaan lingkungan melalui gerak yang terukur. Bahkan dapat kita katakana bahwa waktu itu adalah salah satu titik sentral kehidupan. Seseorang yang menyia nyiakan waktu, pada hakikatnya dia sedang mengurangi makna hidupnya. Bahkan kesengsaraan manusia bukanlah terletak pada kurangnya harta, tetapi justru karena membiarkan waktu berlalu tanpa makna.
Tidak ada seseorang pun yang meraih sukses kecuali dia merebut lalu menundukan waktu dalam bentuk penggalan penggalan kegiatan, rencana dan target yang harus diraih. Orang yang sukses itu identik dengan tipe manusia yang berdisiplin waktu yang sangat ketat. Pantaslah ada sebuah peribahasa yang mengatakan “ Al Waktu Kasy Syaif ” waktu itu bagaikan pedang “. Apabila tidak mampu mengelolanya dengan baik, dia akan berbalik memenggal lehernya sendiri.
Waktu merupakan ukuran paling berharga dalam setiap kegiatan dan kehidupan. Benyamin Frenklin berkata “ Apakah anda mencintai kehidupan? Maka janganlah memboroskan waktu, sebab waktu merupakan pembentukan kehidupan.
Hidup akan mempunyai makna bukan hanya sekedar melihat posisi diri dalam lingkungan dan gambaran masa depan, tetapi menempatkan pengertian yang paling fundamental bahwa hidup adalah perjalanan waktu menuju KEMATIAN. Sehingga waktu menjadi pendorong untuk mengisi makna hidupnya.
Walau waktu hanya sedetik,tak mungkin kembali karena hidup mengalir, tumbuh dan bergerak. Tidak ada kehidupan tanpa gerak dan pertumbuhan. Bintang memang bergerak, tetapi tidak mampu untuk tumbuh. Dari sejak dahulu, binatang hanya bisa bergerak oleh instingnya, tetapi tidak mampu bertumbuh dan berkembang menuju martabatnya lalu dengan kekuatan pikiran dan kesadaran dirinya dengan Allah Azza Wa jala yang kuat, dia mampu tumbuh dan mengencangkan dirinya mencapai puncak puncak keberhasilan yang diinginkan.
Makna hidup akan terasa berbina dan cemerlang ketika kita semua mampu menggerakkan jasmani. Lalu diarahkan oleh hati nurani yang paling dalam untuk tumbuh sebagai makhluk mulia di muka bumi dengan memberikan makna terhadap waktu yang mengiringi bahkan melekat pada kehidupan kita.
Marilah kita asumsikan saja bahwa umur kita yang produktif adalah 60 tahun, maka akan kita lihat perhitungannya sebagai berikut :
1. Waktu untuk tidur adalah 8 jam/hari berarti 1/3 dari aktifitas kita sehari ini dipakai untuk tidur.
2. Waktu untuk bekerja dibutuhkan 9jam. Jika umur kita yang produktif adalah 60 tahun, berarti secara akumulatif telah menyita umur kita selama 22,5tahun dari umur kita.
3. Waktu shalat, apabila aktivitas shalat @ 15 menit berarti kita hanyalah membutuhkan 1jam lebih 15menit atau untuk memudahkannya, katakanlah 2jam termasuk sunnah dan tahajud. Ini berarti 1/12 jam dipakai untuk ibadah. Jika umur kita 60 tahun = 5 tahun dipakai untuk shalat (bandingkan dengan waktu tidur dan bekerja).
Dengan demikian betapa sedikitnya waktu yang kita nikmati dan betapa sedikitnya waktu yang diminta Allah untuk ibadah shalat, padahal perhitungan tersebut tidak kita masukkan umur balig(dewasa) dimana aklif atau hokum syariat mulai berlaku. Waktu merupakan paying dan esensi kehidupan manusia yang harus diisi dengan gerak.
Betapapun seseorang sangat disiplin dengan waktu serta mempunyai mobilitas atau gerak dan keinginan untuk tumbuh yang tinggi, selama dia gagal memanfaatkan waktu untuk membina hubungannya dengan lingkungan, maka dia masih belum meraih makna hidup.
Karena dimensi waktu mencakup berbagai pengertian yang mencerminkan awal dan akhir sebuah kegiatan,nuansa gerak yang harus dilakukan, dan batasan batasan atau target sebagai kerangka untuk menempuh tujuan tertentu.

20.4.10

WANITA ISLAM

Sebelum Islam datang, bangsa Arab memperlakukan perempuan sebagai manusia yang bernilai rendah. Kaum perempuan saat itu dianggap sebagai harta benda yang bisa diwarisi. Jika seorang suami meninggal maka walinya berhak terhadap istrinya. Wali tersebut berhak menikahi si istri tanpa mahar, atau menikahkannya dengan lelaki lain dan maharnya diambil oleh si wali, atau bahkan menghalang-halanginya untuk menikah lagi.

Bayi perempuan dianggap sebagai aib, sehingga orang Arab Jahiliyyah mengubur hidup-hidup bayi perempuan yang baru lahir. Namun Rasulullah saw. datang membawa risalah Islam untuk melenyapkan semua bentuk kezaliman tersebut dan mengembalikan hak-hak kaum perempuan.
Tindakan yang memeras dan mengebiri hak-hak kaum perempuan, semua dihapus. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam QS. an-Nisa’ ayat 19:
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka Karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang Telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”

Rasulullah saw. juga bersabda:
“Barangsiapa yang memiliki anak perempuan, dan ia tidak menguburnya hidup-hidup, tidak menghinanya, dan tidak cenderung kepada nank laki-lakinya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga.”
Islam juga menetapkan bagaimana seorang suami harus memperlakukan istrinya, Rasulullah saw. bersabda:
“Wahai manusia, memang benar kalian memiliki hak atas istri kalian, tapi mereka juga punya hak atas kalian. Ingatlah, bahwa kalian telah mengambil mereka sebagai istri atas kepercayaan dan izin Allah. Jika mereka taat, maka mereka berhak diberi nafkah dan pakaian serta kebaikan. Baik-baiklah kepada mereka, karena mereka adalah pasangan dan penolong kalian.”
Penghargaan tinggi atas tugas-tugas perempuan sebagai ibu dan kepala rumah tangga juga diberikan Islam.
Nabi saw. bersabda:
“Pada masa kehamilan hingga persalinan, dan hingga berakhirnya maasa menyusui, seorang perempuan mendapatkan pahala yang setara dengan pahalanya orang yang menjaga perbatasan Islam.” (HR. Thabrani)
Nabi saw. juga pernah bersabda:
“Ketika seorang perempuan menyusui anaknya, untuk setiap tegukan itu ia akan mendapatkan pahala seolah-olah ia baru dilahirkan sebagai seorang manusia, dan ketika ia menyapih anaknya, para malaikat menepuk punggungnya sambil berkata, ‘Selamat! Semua dosa-dosamu yang telah lalu telah diampuni, kini semuanya berjalan dari awal lagi’.” (Raiyadhu as-Salihin)
Kessiponco ,desa yang terletak di kota kendari,tepatnya di kelurahan Kessilampe.
Disinilah aku besar dan di lahirkan,gambar di atas saya ambil dari geogle map.sekarang sudah banyak perubahan.

1.4.10

Metode Perubahan Ala Rasulullah

Kondisi negeri ini kian rusak dan semrawut. Korupsi misalnya, kendati slogan perlawanan terhadapnya terus diteriakkan, namun tidak ada tanda-tanda akan berhenti. Ironisnya, institusi penegak hukum yang seharusnya membabat korupsi justru menjadi sarang koruptor. Mafia hukum dan peradilan pun menjadi niscaya. Bagaimana rakyat bisa hidup tenteram, keadilan bisa ditegakkan, kezaliman bisa dilenyapkan kalau hukum dan aparatnya bermasalah. Kesemrawutan tak hanya dalam sektor. Hampir semua ada sektor kehidupan yang bermasalah. Bahkan bisa dikatakan, sejauh mata memandang, yang ada adalah hamparan masalah.

Maka mereka yang gerah dengan rusaknya kondisi masyarakat saat ini tentu sepakat sebuah perubahan. Akan tetapi, jika ditanyakan arah perubahan yang diinginkan dan bagaimana cara melakukan perubahan tersebut, jawabannya akan bervariasi mulai dari yang sekadar mengganti figur hingga mengubah sistem; dari cara yang paling dianggap paling halus hingga yang dianggap sangat radikal.

Bagi kaum Muslim apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW wajib diteladani karena ia adalah panutan terbaik dalam segala hal (QS al-Ahzab [33]:21) termasuk dalam menyampaikan perubahan masyarakat. Allah SWT berfirman:"Katakanlah inilah jalanku dimana saya menyeru dengan penuh kejelasan bersama orang-orang yang mengikutiku." (TQS Yusuf [12]: 108)

Menurut al-Syaukani ini merupakan dalil wajibnya bagi pengikut rasul untuk meneladani beliau dalam berdakwah, mengesakan Allah dan beramal sebagaimana yang telah disyariatkan.

Berikut ini adalah gambaran umum metode perubahan yang ditempuh oleh Rasulullah SAW dalam mengubah masyarakat Arab dari masyarakat Jahiliyyah menjadi masyarakat Islam.

Pertama, perubahan yang berbasis ideologi. Rasulullah SAW telah mendapatkan wahyu dari Allah SWT yang mengatur sema perkara. Wahyu tersebut sekaligus menjadi pedoman hidup yang wajib diamalkan oleh kaum Muslim. Jika dicermati wahyu juga merupakan ideologi karena terdiri dari ide dasar (aqidah) dan berbagai sistem kehidupan yang bersumber dari ide dasar tersebut (syariah). Selain itu ideologi tersebut berisi konsep dan metode untuk membumikan ideologi tersebut. Metode untuk mewujudkan ideologi tersebut adalah negara. Inilah tujuan perubahan yang diusung oleh Rasul dan para sahabat, membumikan ideologi tersebut di tengah-tengah masyarakat dengan jalan menegakkan daulah Islam.

Kedua, membentuk partai politik. Untuk membumikan sebuah ideologi tentu bukan perkara mudah yang dapat dijalankan seorang diri. Rasulullah SAW tidak hanya mengajak satu demi satu masyarakat Arab untuk meyakini ideologi yang beliau sampaikan. Namun lebih dari itu, mereka yang beriman kemudian diorganisir dan digerakkan secara sistematis yang berpusat di rumah Arqam bin Abu al-Arqam. Beberapa ayat Makkiyah menjadi bukti bahwa Rasulullah SAW merupakan dakwah dalam bentuk jamaah (lihat QS al-Syuara' [26]: 215; QS.Yusuf [12]: 183). Model kelompok yang berbasis pemikiran yang diyakini oleh anggotanya serta berupaya diwujudkan di tengah kehidupan tidak lain merupakan definisi partai politik. Dengan demikian kelompok Rasul saat itu adalah berbentuk partai politik.

Ketiga, mempersiapkan kader melalui pembinaan. Rasulullah SAW mempersiapkan kader partai yang nota bene adalah sahabat-sahabat beliau secara terus menerus tanpa henti hingga terbentuk kepribadian Islam pada diri mereka. Disamping mengamalkan apa yang telah diajarkan, Rasulullah juga mengutus orang-orang tertentu untuk mengajari Alquran orang-orang yang baru masuk Islam. Beliau misalnya mengutus Khabbab bin al-Arat untuk mengajar Zainab binti Khattab dan suaminya, Said memahami Alquran. Kurang lebih tiga tahun jumlah pengikut beliau hingga memeasuki tahap interaksi dengan masyarakat secara terbuka hanya 40 orang pria di tambah dengan tiga wanita orang. Jika dirata-rata dalam sebulan hanya ada satu hingga dua orang yang masuk Islam.

Dari al-Arqam bahwa Rasulullah SAW berada di rumah beliau di Shafa hingga jumlah mereka mencapai 40 laki-laki Muslim. Orang yang terakhir masuk Islam adalah Umar bin Khattab. Tatkala jumlah mereka mencapai 40 orang mereka pun keluar menemui orang-orang musyrik. (HR. al-Hakim dan menurutnya shahih).

Keempat, mempersiapkan masyarakat sebagai basis untuk menerapkan ideologi. Pelaku utama dari aktivitas ini sahabat-sahabat yang sebelumnya telah dipersiapkan dengan matang. Dalam proses ini Rasulullah SAW membatasi kegiatannya pada tataran pemikiran yaitu menjelaskan kebatilan pemikiran yang diusung dan dipraktekkan masyarakat Arab dan menanamkan kebenaran ideologi Islam. Meski sesembahan merajalela disekitar Ka'bah beliau tetap mendiamkannya termasuk dalam masalah-masalah sosial seperti kemiskinan. Di sinilah proses yang paling berat dan menentukan sebab Rasulullah SAW dan para sahabat tidak hanya berhadapan dengan pemikiran yang rusak namun juga resistensi dari penganut pemikiran tersebut termasuk pemimpin politik mereka. Pertarungan pemikiran dan serangan politik terhadap pembesar-pembesar tersebut gencar dilakukan meski harus menerima perlakuan yang kejam dari mereka. Fase ini juga bisa disebut sebagai tafâ'ul ma'a al-ummah (berinteraksi dengan umat).

Kelima, mencari dukungan kekuasaan (thalab al-nushrah) dari para pemimpin masyarakat. Rasulullah SAW tidak sekadar membatasi diri untuk mensosialisasikan idenya kepada masyarakat. Namun pada saat yang sama juga secara aktif melakukan berbagai pendekatan kepada para penguasa Arab di masa itu Rasulullah SAW senantiasa mengajak pembesar Qurays memeluk Islam. Di sisi lain Rasul juga secara aktif mendakwahi qabilah-qabilah lainnya khususnya ketika musim haji tiba. Catatan Ibnu Sa'ad menunjukkan setidaknya Rasulullah menyambangi 15 kabilah Arab meski tak satupun dari mereka yang bersedia beriman dan mendukung beliau. Mereka antara lain: Bani Amir bin Sha'shaah, Bani Nadhir, Bani Hanifah, dan Bani Baqa. Meski demikian beliau terus bergerak hingga Allah mempertemukan beliau dengan suku Auz dan Khazaj. Menurut Ibnu Khalil (2003: 21) metode thalab al-nushrah yang dilakukan Rasulullah SAW secara konsisten meski menghadapi berbagai kesulitan menunjukkan wajibnya perbuatan tersebut .

Keenam, menerapkan ideologi Islam dalam pemerintahan. Setelah mendapatkan dukungan dari pemuka Auz dan Khazraj Rasulullah SAW kemudian mengutus Mus'ab untuk mengawal proses penyiapan masyarakat Madinah. Setalah masyarakat Madinah dianggap siap maka beliau dan kaum Muslim Makkah hijrah ke Madinah yang sekaligus menjadi awal tegaknya negara Islam. Islam kemudian diterapkan secara menyeluruh dan tidak lagi sebatas wacana. Dakwah dan jihad ke seluruh jazirah Arab pun digencarkan secara agresif termasuk ke Mekkah.



Bukan Sekadar Berubah

Inilah beberapa aktivitas yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam rangka menegakkan daulah Islam. Meski hal tersebut dilakukan 14 abad yang lalu namun ia tetap relevan hingga kini bahkan hingga hari Kiamat. Ini karena metode tersebut adalah hukum syara' yang tak berubah dan wajib dipedomani oleh ummat Islam. Metode perjuangan lain seperti reformasi, people power hingga revolusi berdarah dari sisi pergantian kekuasaan dapat saja berhasil. Namun bukan perubahan yang gariskan oleh syara'. Patut dicatat, perubahan yang dikehendaki saat ini bukan sekadar perubahan figur. Namun juga perubahan sistem secara total disamping perubahan pemahaman, standardisasi (amal dan pemikiran) dan ketundukan masyarakat dari sistem kapitalisme kepada ideologi Islam. Lebih dari itu, perubahan yang mengikuti tuntunan Rasulullah merupakan sebuah kewajiban. Mengabaikan metode tersebut tidak hanya akan gagal namun juga akan menuai dosa (QS an-Nur [2]: 63). Wal-Lâh a'lam bi al-shawâb []