Laman

10.4.11

Bidadari Surga, Ainul Mardiyah

Dalam suatu kisah yang dipaparkan Al Yafi’i dari Syeikh Abdul Wahid bin Zahid,
dikatakan: Suatu hari ketika kami sedang bersiap-siap hendak berangkat perang, aku meminta beberapa teman untuk membaca sebuah ayat. Salah seorang lelaki tampil sambil membaca ayat Surah At Taubah ayat 111, yang artinya sebagai berikut : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan sorga untuk mereka” Selesai ayat itu dibaca, seorang anak muda yang berusia 15 tahun
atau lebih bangkit dari tempat duduknya. Ia mendapat harta warisan cukup besar dari ayahnya yang telah meninggal. Ia berkata:”Wahai Abdul Wahid, benarkah Allah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan sorga untuk mereka?” “Ya, benar, anak muda” kata Abdul Wahid. Anak muda itu melanjutkan:”Kalau begitu saksikanlah, bahwa diriku dan hartaku mulai sekarang aku jual dengan sorga.” Anak muda itu kemudian mengeluarkan semua hartanya untuk disedekahkan bagi perjuangan. Hanya kuda dan pedangnya saja yang tidak.
Sampai tiba waktu pemberangkatan pasukan,ternyata pemuda itu datang lebih awal. Dialah orang yang pertama kali kulihat. Dalam perjalanan ke medan perang pemuda itu
kuperhatikan siang berpuasa dan malamnya dia bangun untuk beribadah. Dia rajin mengurus unta-unta dan kuda tunggangan pasukan serta sering menjaga kami bila sedang tidur. Sewaktu sampai di daerah Romawi dan kami sedang mengatur siasat pertempuran,
tiba-tiba dia maju ke depan medan dan berteriak:”Hai, aku ingin segera bertemu dengan Ainul Mardhiyah . .” Kami menduga dia mulai ragu dan pikirannya kacau,
kudekati dan kutanyakan siapakah Ainul Mardiyah itu. Ia menjawab: “Tadi sewaktu aku sedang kantuk, selintas aku bermimpi. Seseorang datang kepadaku seraya berkata: “Pergilah kepada Ainul Mardiyah.” Ia juga mengajakku memasuki taman yang di bawahnya terdapat sungai dengan air yang jernih dan dipinggirnya nampak para bidadari duduk berhias dengan mengenakan perhiasan-perhiasan yang indah. Manakala melihat
kedatanganku, mereka bergembira seraya berkata:
“Inilah suami Ainul Mardhiyah . . . . .” “Assalamu’alaikum” kataku bersalam kepada mereka. “Adakah di antara kalian yang bernama Ainul Mardhiyah?”
Mereka menjawab salamku dan berkata:“Tidak, kami ini adalahpembantunya. Teruskanlah
langkahmu” beberapa kali aku sampai pada taman-taman yang lebih indah dengan bidadari yanglebih cantik, tapi jawaban mereka sama, mereka adalah pembantunya
dan menyuruh aku meneruskan langkah. Akhirnya aku sampai pada kemah yang terbuat dari mutiara berwarna putih. Di pintu kemah terdapat seorang bidadari yang sewaktu melihat kehadiranku dia nampak sangat gembira dan memanggil-manggil yang ada di
dalam: “Hai Ainul Mardhiyah, ini suamimu datang . …” Ketika aku dipersilahkan masuk
kulihat bidadari yang sangat cantik duduk di atas sofa emas yang ditaburi permata dan yaqut.
Waktu aku mendekat dia berkata:“Bersabarlah, kamu belum diijinkan lebih dekat kepadaku,karena ruh kehidupan dunia masih ada dalam dirimu.”
Anak muda melanjutkan kisah mimpinya: “Lalu aku terbangun, wahai Abdul
Hamid. Aku tidak sabar lagi menanti terlalu lama”. Belum lagi percakapan kami
selesai, tiba-tiba sekelompokpasukan musuh terdiri sembilanorang menyerbu kami. Pemuda itu segera bangkit dan melabrak mereka. Selesai pertempuran aku mencoba meneliti, kulihat anak muda itu penuh luka ditubuhnya dan berlumuran darah. Ia nampak tersenyum gembira, senyum penuh kebahagiaan, hingga ruhnya berpisah dari badannya untuk meninggalkan dunia.

memilah dan memilh teman yg baik

Assalamu'alaikm
Di dalam al-Qur`an dan as-
Sunnah, penyebutan kata-kata; al-
Qarin, ar-Rafiq dan al-Khalil
(semuanya memiliki makna yang
mirip: orang yang selalu menyertai, teman, kekasih) selalu
diiringi dengan arahan-arahan
yang bermanfaat dan isyarat-
isyarat edukatif yang penting.
Manakala seseorang dalam
kehidupan ini harus memiliki teman yang dapat mengajaknya
bicara, curhat, menghibur dan
menasehatinya; maka masalah
memilih teman tentu menjadi
amatlah penting. Karena itu,
harus ada kesungguhan dalam memilih orang yang kita senangi
dan kita kasihi. Sebab seseorang
diukur berdasarkan agama
temannya. Seseorang akan
bersama orang yang ia cintai.
Para ulama sering mengatakan, “Seseorang tidak semestinya
menyepelekan hal memilih siapa
yang layak dijadikan teman, sebab
pertemanan itu memiliki
pengaruh yang teramat besar bagi
seseorang.” Mengenai hal ini, Rasulullah shallallahu 'alahi
wasallam pernah bersabda,
“Seseorang (diukur) berdasarkan
agama temannya; maka hendaklah
salah seorang di antara kamu
melihat siapa yang ia jadikan
kekasih (teman).” (HR.Abu Daud, dishahihkan Syaikh al-Albani)

PESAN CINTA RASULULLAH

MAKNA KEBAHAGIAAN Nabi SAW bersabda Tanda2 kesengsaraan Seseorang :
1. Melupakan Dosa yg telah lalu
padahal Allah mencatatnya.
2.Menyebut2 Amal Kebaikan
padahal ia tidak tau apakah Allah
menerimanya atau menolaknya 3. Melihat Kebawah dalam urusan
Agama
4. Melihat ke Atas dalam urusan
Dunia
(Allah berfirman " Aku hendak
menolongnya tpi Ia tidak berkeinginan kepadaKU" Tanda2 Kebahagiaan Seseorang :
1. Merenungi Dosa yg telah LAlu
2.Melupakan Amal kebaikan yang
telah lewat
3. Memandang orang yang lebih
baik agamanya 4.Memandang kebawah pd urusan
Dunia. Bukan Main Nabi mengingatkan
dlm urusan Dosa,kita diminta
merenunginya,bukan
melupakannya.
Sedangkan dalam amal kebaikan
justru kita diminta mengabaikannya.
jadi jangan merasa aman dan
baik2 saja manakala orang
mengingatkan kekurangan dan
kesalahan kita

ISLAM yang dikehendaki MUSUHMUSUH nya

Islam yang dikehendaki musuh-
musuhnya adalah Islam yang tinggal ahlaq,
tanpa jihad,
adalah Islam yang tinggal ibadah,
tanpa syari'ah,
adalah Islam yang boleh
menyinari rumah-tangga, namun bukan industri atau niaga, adalah Islam yang boleh ada di
masjid dan mushola, tapi bukan
kantor pemerintah dan swasta,
adalah Islam yang boleh bicara
tentang akherat,
tapi tidak tentang cara melayani rakyat,
adalah Islam yang diamalkan para
pertapa shufi, dan bukan para umara' yang
peduli,
bukan alim ulama’ yang hati-hati, bukan kaum aghniya' yang zuhdi
bukan pula mujahidin yang tak
takut mati. Islam yang dikehendaki musuh-
musuhnya adalah Islam yang mengemis pada
Barat,
bukan yang mampu menolong
sendiri ummat,
di Bosnia, di Palestina, atau di
Iraq, di manapun ummat berkhidmat,
apalagi menolong dunia dari
laknat,
future schock, disorientasi
kehidupan,
kerusakan ekosistem, AIDS, narkoba,
dan kesewenang-wenangan
kapitalis keparat. Islam yang dikehendaki musuh-
musuhnya adalah Qur'an dibacakan di
masjid dan arena tilawah,
bukan di sidang kabinet atau
mahkamah, adalah Qur'an disampaikan ke
orang mati atau sekarat,
bukan pada orang hidup yang
sehat, adalah Qur'an diajarkan di
madrasah dan pesantren,
bukan di sekolah bisnis yang
keren, Islam yang dikehendaki musuh-
musuhnya adalah Rasul sebagai panutan
fatamorgana,
sedang selebriti kondang tetaplah
idola,
bahkan terkadang Rasul pun
sekedar, tokoh historis yang juga bisa
salah dan dosa. Ya Allah, Islam seperti inikah
yang kau janjikan sebagai rahmat
bagi seluruh semesta? Dan ummat seperti inikah yang
Kau hadirkan sebagai yang terbaik
ke tengah manusia?

KEKUATAN LUAR BIASA!

" Ada KEKUATAN LUAR BIASA
dibalik sebuah tujuan yang
terarah dengan tajam,
Renungkan...Betapa HEBATnya
Tenaga sinar MATAHARI yang
diarahkan dengan FOKUS pada sebuah titik melalui kaca
pembesar. Titik kecil yang
TERARAH itu dapat MEMBAKAR
habis sebuah kertas bahkan hutan.
Sedemikian berBAHAYAnya
KEKUATAN HIDUP yang terFOKUS,sehingga Iblis dengan
seKUAT tenaga membuat
MANUSIA SAMAR dan bahkan
BUTA akan TUJUAN HIDUP
mereka yang Sesungguhnya.." "Kita PERCAYA bahwa dalam
DIRI setiap MANUSIA
Tersimpan POTENSI yang LUAR
BIASA untuk mengerjakan
PERKARA-PERKARA BESAR.
POTENSI itulah seharusnya DIKELOLA dan
DIKEMBANGKAN secara
MAKSIMAL! Namun dibalik itu
semua, salah satu hal UTAMA
yang HARUS DIMILIKI setiap
MANUSIA untuk menjadi BESAR adalah MENTALITAS yang
BESAR dan HEBAT.
KEMAMPUAN menghadapi
tekanan adalah KUALITAS yang
UNGGUL yang diperlukan untuk
menjadi BESAR" "Wahai para PEMUDA/I Mari
BERLARI CEPAT,LEBIH
terARAH dan BERLARI dengan
MENTAL JUARA..
Dakwah ini membutuhkan
PEMUDA/I yang berMENTAL JUARA,TAHAN BANTING dan
FOKUS pada TUJUAN.."

Sedikit Renungan jika doa belum terkabulkan

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku)
dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran.” (QS. 2:186) Siapa yang tak pernah berdoa?
Tidak ada. Tiap kita pernah
bahkan sering berdoa. Apalagi
saat kesusahan, doa makin
kencang kita panjatkan. Itulah
watak manusia. Allah mengerti keluh kesah mereka. Karena itu
Allah menyeru hamba-hamba-Nya
untuk berdoa kepada-Nya. Saat
doa tak kunjung terkabul, bisa jadi
jenuh, gelisah bahkan keraguan
menghinggapi diri kita, lalu muncul su’udhan pada Allah, kita merasa Allah tidak sayang, tidak
adil, dan sebagainya.
Tapi mari kita merenung sejenak.
Apakah kita yang mengatur
segalanya, atau ada yang
mengaturnya? Bukankah hidup ini tempat cobaan dan ujian? Apakah
kita yang lebih tahu kebutuhan
kita, ataukah Allah?
Sangat mudah bagi Allah
mengabulkan doa kita, tapi
mengapa belum terpenuhi juga, maka pasti ada hikmah di balik
itu. Cobalah evaluasi. Kita
menuntut Allah memenuhi
permintaan kita, tapi sudahkah
kita penuhi kewajiban kita
sebagai hamba-Nya? Hamba yang cerdas akan berusaha menunaikan
hak-hak tuannya. Ia tahu bahwa
bukanlah kewajiban seorang tuan
memenuhi semua yang diinginkan
hambanya.
Jika kita merasa sudah memenuhi kewajiban itu namun belum juga
terkabul, yakinlah ada kebaikan
yang Allah maksud di balik itu,
Rasul bersabda, “Seorang muslim yang berdoa, memohon pada Allah,
dia tidak memohon sesuatu yang
berdosa, dan tidak dalam keadaan
memutuskan tali shilaturrahim,
maka Allah akan memberi salah
satu dari tiga kemungkinan. Pertama, doa itu dikabulkan.
Berikutnya, doa yang dipanjatkan
disimpan oleh Allah untuk
(kebaikan) hari kiamat kelak.
Kemungkinan terakhir, Allah akan
menjauhkan orang tersebut dari keburukan.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Allah juga mengingatkan (QS.
2:216) bahwa boleh jadi kita
membenci sesuatu, padahal ia
amat baik buat kita, dan boleh jadi
kita mendambakan sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kita.
Carilah sisi positif dari tiap apa
yang kita hadapi. Maka tetaplah
sabar dan bersyukur. Bukankah
selama ini Allah telah memberi
nikmat yang sangat banyak? Allah cinta pada orang yang bersabar
atas cobaan dan bersyukur atas
nikmat yang diberi.

Malu Kepada Allah Azza wa Jalla

Assalamu ‘alaikum wa rahmatulahi wa barakatuh... Allahu Rabbana,
Tak pantas aku menjadi penghuni
surga,
Namun tak juga kuat hamba dalam
bara neraka,
Maka perkenankan jiwa meminta, Ampunan atas khilaf dan nista
Sebab hanya Engkau, pengampun
yang paling Maha....
(Abu Nawas) Adalah seorang perempuan datang
menghadap Rasulullah dengan
wajah menatap tanah. Masih
dalam keadaan tertunduk,
perlahan terdengar nafas
beratnya keluar satu satu. Sebuah isyarat bahwa ia seperti tengah
dihimpit bertubi masalah. Dia
masih saja diam. Tak ada untaian
kata-kata. Rasulullah menunggu.
Beliau seolah tahu, seorang
perempuan datang ke hadapannya selalu dengan satu perlu. Dalam
beberapa jeda, Rasululah
membiarkan perempuan ini dalam
diamnya, memberinya
kesempatan untuk
mempertimbangkan apa yang hendak disampaikan. Dalam
kegundahan yang jelas terasa,
berkata juga sang perempuan. “Wahai manusia terbaik, dengan
apa kubahasakan malu ini pada
Allah Yang Maha Kuasa. Haruskah
dengan isak yang menyesak?
Dengan kata yang menyemesta?
Dengan keluhan-keluhan panjang?” “Apakah gerangan yang terjadi?” Rasulullah bertanya. “Demi engkau yang dijaga dari
segala khilaf, ingin kusampaikan
bahwa aku telah melakukan sebuah
dosa besar. Wahai Rasulullah,
betapa malu kumenghadapkan diri
kepada Allah. Betapa tersiksa, ketika hamba menengadah
mengharapkan benderang Nya.
Obati jiwa ini wahai kekasih-
Nya” perempuan ini mengucapkannya dengan gemetar.
Kini isakannya perlahan
terdengar. Rasulullah
mendengarkan keluh perempuan
dengan haru. Betapa perempuan
ini malu kepada Allah Yang Maha Pengampun. Betapa perempuan ini
tak mampu menengadahkan pinta
kepada Allah Yang Maha Asih dan
Maha Sayang. Hingga ia sekarang
bersimpuh peluh di hadapannya
untuk memohon penawarnya. Dari bibir manis Nabi terucap sebuah
titah. “Bertaubatlah kepada Allah, wahai
perempuan yang melakukan dosa
besar!” “Hamba teramat ingin
melakukannya, tapi bumi dan
langit telah menjadi saksi semua
dosa yang telah diperbuat, dan
bukankah kelak bumi dan langit
akan menjadi saksi di hari kiamat?” pedih perempuan ini sambil menangis. “Bumi tidak akan menjadi saksimu” tukas Rasul Allah. Allah
berfirman, “Hari ketika bumi diganti dengan bumi yang
lain..”” (QS Ibrahim : 48). “Allah juga akan melipat langit.
Bukankah Ia sendiri telah
berfirman, “Hari ketika Kami menggulung langit bagai
menggulung lembaran kitab ..”” (Al- Anbiya:104). Perempuan ini tersenyum
mendengar tutur Rasulullah.
Betapa ia juga merasakan bahwa
Rasulullah tengah meredakan
kegundahannya. Namun, senyuman
itu surut ketika tiba-tiba ia mengingat sesuatu. Ia pun
berseru. “Duhai Nabi, bukankah para
malaikat pencatat segala amalan
juga mencantumkan dosa besar itu
dalam buku mereka. Bagaimana
ini?” rintihnya putus asa. “Allah telah berfirman,
“Sesungguhnya amal baik dapat
menghilangkan amalan buruk”” (QS Hud :114. Nabi melanjutkan
“Orang yang bertaubat itu seperti
orang tak lagi punya dosa”. Kali ini perempuan mengangguk-angguk
lega, namun tak seberapa lama
kepalanya menggeleng keras, ragu
itu kembali menderas. “Lalu bagaimana dengan firman-
Nya yang menyebutkan “Hari ketika lidah mereka, tangan
mereka dan kaki mereka menjadi
saksi terhadap apa yang dahulu
mereka kerjakan”?” (QS An- Nur:24) tutur perempuan kepada
Nabi. Selanjutnya apa yang akan
disabdakan Rasulullah? Rasulullah pun kembali menjawab
dengan suara yang fasih.
Untaiannya begitu merdu
meyakinkan perempuan yang
bertanya. “Allah telah berfirman kepada
bumi, juga segenap anggota
tubuhnya : “Tahan dirimu, jangan tunjukkan kepada orang yang
diterima taubatnya, keburukan
selama-lamanya”. Suasana hening. Udara menghantarkan ketenangan.
Perempuan semakin tertunduk.
Ada banyak gumpalan perasaan
yang tak bernama. Allah Maha
Pemurah. Terakhir perempuan ini
berujar “Benar, wahai Rasulullah, itulah hak orang yang bertaubat.
Tetapi gemetar karena malu di
hari kiamat, dan rasa malu itu
juga adalah dari Allah.
Mungkinkah seorang hamba
menanggungnya? Padahal engkau pernah bersabda “Sesungguhnya orang yang berdosa pada hari
kiamat akan menyebut dosa-
dosanya lalu malu kepada Allah.
Keringat, dosanya, mengucur
karena malu. Air keringat akan
mengambang hingga menutup lututnya, ada yang menutup
pusarnya dan bahkan sampai
menutup kerongkongannya”. Tanpa menunggu Rasulullah pun bertutur. “Maka wahai orang yang beriman,
kenanglah hari itu, jangan pernah
melalaikannya. Bertaubatlah
kepada Allah, mendekatlah
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia
adalah Tuhan Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang” Dan seketika perempuan ini
menangis, air mata yang tak lagi
sama seperti semula. Bening air
mata yang tumpah bukan lagi
karena gundah. Bukan karena lara.
Namun karena gundahnya reda dan laranya sirna. Ia mematrikan
setiap kuntum ucap dari sabda
Nabi yang Mulia di kedalaman
jiwa. Betapa Allah Maha
penerima taubat, Maha Penyayang
atas semua hamba. Sepenuh bumi ia sudah melakukan dosa,
sebanyak buih di laut ia pernah
berbuat khilaf, serta seberserak
pasir di pantai ia bernista maka
hanya dengan taubat semuanya
dapat tertebus. Dan dengan rahmat-Nya, Allah merengkuh
hamba yang kembali. Dan karena
cinta Nya, Allah akan segera
menghampiri seorang manusia
yang kembali pada-Nya meski
dengan tertatih ringkih. Sahabat, dalam setiap detik yang
berdetak. Dalam menit yang
berhamburan tak kenal ampun.
Juga dalam bilangan jam yang
menukik tak terhentikan. Diamlah
sejenak. Lihatlah di kedalaman jiwa. Tengok sebentar ujud
hatimu. Adakah rupanya bersinar
ataukah kau temukan ujud yang
legam?. Dan pabila rupa yang
kedua yang kau jumpai, maka
seperti ucapan perempuan yang bersimpuh peluh di hadapan
RasulNya tentang dosa-dosanya,
kita juga perlu mengadospsi
perkataannya sebagai
manifestasi malu “Dengan apa kubahasakan malu ini pada Allah
Yang Maha Kuasa. Haruskah
dengan isak yang menyesak?
Dengan kata yang menyemesta?
Dengan keluhan-keluhan panjang?” Tapi pernahkah kita malu dengan
menggunungnya dosa yang kita
perbuat. Pernahkah merasa
enggan bertemu Allah, karena
malu atas segala salah yang tak
akan luput dari pernglihatan-Nya? Malulah dari sekarang. Malulah
dengan sebenar-benar malu,
dengan sepenuh malu. Terlalu
sering kita berada di sudut yang
gelap karena keluar dari orbit
benderang-Nya. Terlalu mudah kita ingkari nikmat-Nya yang
begitu agung, hingga kita benar-
benar tidak tahu malu. Sekali lagi,
malulah kepada Tuhan kita. Malu adalah sebagian dari iman,
itu adalah sabda Rasulullah. Tapi
malu yang seperti apa? Dari
Abdullah Ibn Mas’ud r.a, diriwayatkan bahwa Nabi
bersabda “Orang yang malu kepada Allah dengan sepenuh malu adalah
orang yang menjaga kepalanya
dari isinya, menjaga perutnya
dari segala rezeki tidak halal,
selalu mengingat kematian,
meninggalkan kemewahan dunia dan menjadikan perbuatan akhirat
sebagai hal yang lebih utama.
Barang siapa yang melakukan
semua itu, maka ia telah malu
kepada Allah dengan sepenuh malu”. Dan, tahukah kita, apa yang Allah
berikan sebagai imbalan kepada
orang yang malu kepada Nya?
Sebuah perlindungan tanpa
tanding. Itulah janji-Nya.
Wallahu a’lam bish-shawwab. Wassalamu ‘alaikum wa rahmatulahi wa barakatuh...

~ Khadijah binti Khuwailid ramengajarkan tentang CINT4 ~

Diriwayatkan dalam sahih
Bukhari dengan sanadnya, dari
Ibnu Syihab dari Urwah bin Az
Zubair dari Aisyah, ummul
mukminin menceritakan hadits
tentang pemulaan turunnya wahyu, yaitu ketika Malaikat Jibril
turun menemui Muhammad di gua
Hira’ dan memintanya membaca ” iqra’ ” tiga kali. Tiga kali juga Muhammad saw.
menjawab“Maa ana biqari’ “, menegaskan bahwa beliau tidak
bisa membaca. Kata “maa” merupakan penafian atau
pengingkaran bahwa memang
beliau tidak sanggup membaca
sama sekali. Kemudian Jibril
mendekapnya dengan kuat.
Peristiwa tiba-tiba itu membuat Muhammad saw. takut dan
khawatir terhadap dirinya. Muhammad saw. segera pulang
menemui Khadijah binti
Khuwailid ra seraya berkata,
“Selimuti aku, selimuti aku.” Dengan sigap Khadijah
menyelimutinya, perlahan rasa
takut mulai menghilang. Setelah
merasa tenang, Muhammad saw.
menceritakan kejadian yang
dialaminya. “Sungguh saya takut terhadap diriku.” pungkas Muhammad saw. “ﻓﻘﺎﻟﺖ ﺔﺠﻳﺪﺧ : ﻢﺣﺮﻟﺍ ﻞﺼﺘﻟ ﻚﻧﺇ ﺍﺪﺑﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﻚﻳﺰﺨﻳ ﺎﻣ ﻪﻠﻟﺍﻭ ﻼﻛ ، ﻞﻜﻟﺍ ﻞﻤﺤﺗﻭ ، ﻡﻭﺪﻌﻤﻟﺍ ﺐﺴﻜُﺗﻭ ، ﻒﻴﻀﻟﺍ ﻯﺮﻘُﺗﻭ ، ﺐﺋﺍﻮﻧ ﻰﻠﻋ ﻦﻴﻌُﺗﻭ ﺍﻟﺤﻖ” Dengan sigap dan mantap Khadijah
menjawab, “Tidak, sekali-kali tidak, Demi Allah, Allah tidak
akan menghinakan engkau
selamanya, karena engkau
penyambung silaturahim,
membantu yang memerlukan,
meringankan orang yang tidak berpunya, memulyakan tamu dan
menolong untuk kebenaran.” Yang menarik untuk disebut dari
periwayatan ini adalah, bahwa
Aisyah istri Rasulullah saw.
sangat cemburu dengan Khadijah ,
namun demikian, Aisyah secara
amanah meriwayatkan kisah ini apa adanya, tidak dikurangi
sedikit pun. Subhanallah! (ﻓﺪﺧﻞ ﻋﻠﻰ ﺧﺪﻳﺠﺔ ﺑﻨﺖ ﺧﻮﻳﻠﺪ) “Maka Muhammad segera pulang
menemui Khadijah di rumahnya”, mengisyaratkan bahwa
Muhammad saw. “betah” berkeluarga dengan Khadijah,
bahkan beliau mengkhususkan
curhat kepadanya atas kejadian
yang dialaminya. Padahal Khadijah
ra tidak sendirian di rumahnya,
Khadijah bersama anak-anaknya - bukan anak Muhammad dari hasil
pernikahan dengan Khadijah-. Seandainya Muhammad saw.
tidak “betah” di rumah Khadijah, pasti beliau tidak akan pulang ke
rumah Khadijah di saat dirinya
dihantui ketakutan seperti itu. Muhammad saw. minta
diselimuti, ketika rasa takut
dalam dirinya lenyap dan rasa
khawatir yang menyelimuti
jiwanya hilang, Muhammad saw.
baru menceritakan apa yang terjadi. Rasa takut yang demikian hebat
mampu menghalangi berpikir
jernih dan menghambat
berinisiatif secara cepat dan
tepat. (ﻓﻠﻤﺎ ﺫﻫﺐ ﻋﻦ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺍﻟﺮﻭﻉ ﻭﺟﺎﺀﺗﻪ ﺍﻟﺒﺸﺮﻯ ﻳﺠﺎﺩﻟﻨﺎ ﻓﻲ ﻗﻮﻡ ﻟﻮﻁ( “Maka tatkala rasa takut hilang
dari Ibrahim dan berita gembira
telah datang kepadanya, diapun
bersoal jawab dengan (malaikat-
malaikat) kami tentang kaum
Luth.” Huud:74 (ﻓﺰﻣﻠﻮﻩ ﺣﺘﻰ ﺫﻫﺐ ﻋﻨﻪ ﺍﻟﺮﻭﻉ) Penggunaan huruf ” fa’ ” dalam potongan hadits di atas
menunjukkan kesigapan seorang
istri, “Maka Khadijah langsung menyelimutinya, sehingga
hilanglah rasa takut darinya.” Muhammad saw. terkenal sebagai
seorang yang selalu menjaga
kehormatan dan kepribadian
dirinya, sehingga tidak mungkin
beliau meminta diselimuti, kalau
bukan karena kondisi yang menimpa dirinya sedemikian
hebat. Namun, rasa takut dan khawatir
yang dialami Muhammad saw.
adalah hal yang wajar,
sebagaimana nabi-nabi
sebelumnya juga demikian, “Maka tatkala dilihatnya tangan
mereka tidak menjamahnya,
Ibrahim memandang aneh
perbuatan mereka, dan merasa
takut kepada mereka. Malaikat itu
berkata: “Jangan kamu takut, Sesungguhnya kami adalah
(malaikat-malaikat) yang diutus
kepada kaum Luth.” Huud:70 “Maka Musa merasa takut dalam
hatinya.” Thaaha:67 “(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim
merasa takut terhadap mereka.
mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan
(kelahiran) seorang anak yang
alim (Ishak). Adz Dzariat:28 Muhammad menceritakan
kejadian yang dialaminya setelah
beliau benar-benar merasakan
ketenangan. Muhammad memilih
Khadijah sebagai tempat curhat
beliau. Kenapa? Karena Khadijah orang yang paling tahu tentang
dirinya, orang yang paling dekat
dengannya, Khadijah tahu, bahwa
apa yang diceritakan suaminya
adalah benar. Sekaligus Muhammad saw. juga
paham bahwa istrinya mampu
memberi jalan keluar dari
peristiwa yang hadapinya. Khadijah seorang yang cerdas,
mengetahu solusi jitu atas apa
yang dialami suaminya, termasuk
perihal yang belum pernah terjadi
sekalipun. Permulaan turunnya wahyu
merupakan tahapan baru bagi
kehidupan Muhammad saw.
turunnya wahyu dengan tiba-tiba
menjadikan diri beliau berubah
statusnya. Turunya permulaan wahyu ini sebagai deklarasi
tersambungnya kembali antara
langit (risalah Ilahiyah) dengan
bumi (tugas penyampaian dan
sikap optimisme hidup). Tersambungnya kembali jalinan
langit dan bumi, setelah
sebelumnya terputus beberapa
abad. Inilah proses penguatan
jiwa Muhammad saw. sebagai
seorang manusia untuk menerima risalah Ilahiyah. Karena itu, Muhammad saw.
berkata, “Saya takut terhadap diriku sendiri” rasa takut terhadap apa yang ia lihat dan di
dengar itu bagian dari tipu daya
jin atau dukun, sebagaimana yang
dipaparkan dalam buku-buku sirah
tentang ketakutan Muhammad
saw. terhadap dirinya. Khadijah menjawab dengan
mantap, karena dilatar belakangi
pengenalan panjangnya terhadap
pribadi Muhammad saw. sejak
menjadi pedagang. Pengenalan panjang Khadijah
sebelum menikah dengan
Muhammad, yaitu informasi di
dapat dari pembantunya yang
bernama Maisaroh -seorang laki-
laki- yang menemani Muhammad saw. berdagang ke Syam, di mana
Maisaroh melihat awan dengan
mata kepala sendiri berjalan
menaungi Muhammad saw. di
suasana terik matahari. Dalam
riwayat lain dua malaikat menaungi Muhammad saw.
kemana saja ia berjalan dari terik
matahari. Atau berteduhnya Muhammad
saw. di bawah sebuah pohon.
Seorang Rahib yang melihat
kejadian itu berkomentar, “Tidak ada orang yang berteduh di pohon
ini kecuali ia adalah seorang nabi,
sebagaimana diterangkan dalam
kitab asli kami.” Dan ketika diceritakan ciri-ciri Muhammad,
maka itu persis tertulis dalam
kitab mereka. Kisah ini ditulis di banyak buku
sirah, seperti sirah Ibnu Ishaq,
sirah Ibnu Hisyam, sirah As
Suyuthi, sirah As Suhaili dan
lain-lain. Makanan, ketika Khadijah
menjawab dengan mantap, “Tidak, sekali-kali tidak” adalah berdasarkan data-data panjang
yang ia ketahui sebelumnya.
Jawaban yang juga tidak diduga
Muhammad saw. sendiri.
Jawaban tegas, memancar dari
aliran cintanya kepada suaminya. Kenapa tidak? Karena Khadijah
yakin bahwa beliau adalah utusan
Allah swt. untuk umat ini. Khadijah segera mencarikan
informasi kepada tokoh agama,
Waraqah bin Naufal, atau kepada
pendeta Buhaira tentang kejadian
yang dialami Muhammad saw.
Keduanya berkomentar, bahwa Muhammad seorang nabi akhir
zaman untuk umat ini. Proses nikahnya Khadijah dengan
Muhammad pun unik, dimana
Khadijah meminta salah seorang
wanita Quraisy untuk
mempengaruhi Muhammad dengan
menceritakan keistimewaan dan kelebihan Khadijah. Di akhir lobi,
wanita itu menawarkan kepada
Muhammad, bahwa Khadijah layak
menjadi Istrinya, dan Muhammad
cocok menjadi suaminya. Dengan ditemani pamannya, Abu
Thalib dan paman-paman yang
lain, Muhammad saw. melamar
Khadijah. Sejarah sirah
mencatat, bahwa Khadijah ketika
itu sebagai seorang pebisnis ulung yang sangat kaya raya. Kisah lain yang menguatkan bahwa
Muhammad saw. seorang Rasul
adalah sebagaimana diriwayatkan
Imam Baihaqi dari Ibnu Ishaq,
bahwa Khadijah bersanding
dengan Muhamamd saw. di dalam rumahnya. Khadijah berkata,
“Apakah engkau melihat Malaikat
Jibril? Muhammad menjawab,
“Ya”. Maka Khadijah masuk kebilik kamarnya dan bersanding dengan
Muhammad seraya membuka tutup
kepala dan cadar yang dipakainya.
Khadijah kembali bertanya,
“Apakah engkau masih melihatnya?
Tidak, jawab Muhamamd saw.
Khadijah berkomentar, Ia
bukanlah setan, ia adalah malaikat
wahai putra pamanku. Khadijah
yakin dan bersaksi bahwa apa yang dibawa Muhammad saw.
adalah kebenaran. Demikian, kita melihat sikap
bijak ummul mukminin, Khadijah
ra. Dirinya menjadi dewasa dan
matang bersamaan dengan
kejadian-kejadian yang
dialaminya. Khadijah menjadi mudah menyelesaikan persoalan
bersamaan dengan permasalahan-
permasalahan yang dihadapinya.
Khadijah tidak sekedar
menggembirakan dan membela
Muhammad saw. berdasarkan dugaan atau kamuflase belaka.
Akan tetapi Khadijah
mempersembahkan pembelaan dan
menyenangkan hati suaminya
karena berdasarkan data-data
panjang yang ia hadapi selama ini. Dengan sigap dan penuh cinta,
Khadijah mendampingi suaminya
menghadapi persoalan hidup.
Allahu a’lam.

Belajarlah untuk memaafkansaudaramu...

Dari Raja bin Haiwah
diriwayatkan bahwa ia berkata:
“Barangsiapa yang hanya
bersahabat dengan orang yang
(menurutnya) tidak tercela, akan
sedikit sahabat yang dimilikinya.
barangsiapa yang hanya
mengharapkan keikhlasan dari sahabatnya, ia akan banyak
mendongkol. Dan barangsiapa
yang mencela sahabatnya atas
setiap dosa yang dilakukan
mereka, akan banyak memiliki
musuh.” (“Siyaru A’laamin Nubalaa’ IV:557) Dari Humaid Ath-Thawiel, dari
Abu Qilabah diriwayatkan bahwa
ia berkata: “Apabila ada kabar yang tidak mengenakkan dari
saudaramu sesama muslim,
carilah hal yang dapat
memaafkannya sebisa kamu, kalau
kau tak dapati alasan yang tepat,
katakan kepada dirimu sendiri: “Mungkin saudaraku ini memiliki
alasan yang tidak aku
ketahui.” (“Shifatush Shafwah”III:237) Dari Abu Ya’qub Al-Madani diriwayatkan bahwa ia berkata:
“Konon pernah ada persoalan
antara Hasan bin Hasan dengan
Ali bin Al-Husein. Hasan bin
Hasan mendatangi Ali bin Al-
Husein yang kala itu sedang
bersama teman-temannya di masjid. Ia mengungkapkan segala
uneg-uneg yang ada kepadanya.
Sementara Ali sendiri terdiam.
Maka Hasan pun pergi dan pada
malam harinya, Ali mendatangi
rumahnya. Ia mengetuk pintu rumah Hasan. Setelah Hasan
keluar, Ali berkata: “Wahai saudaraku, kalau apa yang engkau
katakan kepadaku benar adanya,
semoga Allah mengampuniku.
Namun kalau yang engkau katakan
tidaklah benar, semoga Allah
mengampunimu. As- Salaamu’alaikum.” Setelah itu ia berlalu. Perawi menyebutkan;
“Setelah itu Hasan mengikutinya
dan memeluknya dari belakang
sambil menangis sampai
terseguk-seguk. Kemudian ia
berkata: “Sudah selesai masalahnya. Aku tidak akan
melakukan lagi hal yang tidak
engkau senangi.” Ali membalas: “Engkau juga sudah kumaafkan atas
apa yang telah engkau katakan
kepadaku.” (“Shifatush Shafwah” II:94) Yunus Ash-Shadafi pernah
menyatakan: “Aku tidak pernah mendapatkan orang yang lebih
jenius dari Imam Syafi’ie, Suatu hari aku berdiskusi dengan beliau
tentang satu persoalan, namun
kami tidak menemukan titik temu.
Beliau lalu menemuiku lagi dan
menggandeng tanganku seraya
berkata: “Wahai Abu Musa, apakah tidak sepantasnya kita untuk tetap
bersaudara, meskipun kita tidak
menemukan titik temu di antara
kita dalam satu masalah?” (“Siyaru A’laamin Nubalaa’” X:16) Dari Yunus bin Abdul A’la diriwayatkan bahwa ia berkata:
“Asy-Syafi’ie pernah berkata kepadaku: “Wahai Yunus, apabila engkau mendengar kabar yang
tidak mengenakkan dari seorang
teman, janganlah lantas terburu
memusuhinya dan memutus
hubungan tali kasih. Karena
dengan demikian engkau akan termasuk orang yang
menghilangkan keyakinannya
dengan keraguan. Tetapi yang
benar, temuilah dia, dan katakan
kepadanya: “Aku mendengar engkau mengatakan begini dan begini.
Ingat, jangan sebutkan secara
mendetail. Apabila ia mengelak,
katakan kepadanya: “Engkau lebih benar dan lebih baik dari yang
kudengar.” Dan jangan perpanjang lagi urusannya. Tapi kalau ia
mengakuinya, dan kamu bisa
melihat ada yang bisa dijadikan
alasan baginya dalam hal itu,
terimalah alasan itu. Namun
apabila engkau juga tidak mendapatkan alasan apapun
baginya, sementara amat sulit
jalan untuk mendapatkannya,
engkau bisa tetapkan bahwa ia
melakukan kesalahan. Setelah itu,
engkau bisa memilih: kalau engkau mau, engkau bisa membalas
dengan yang setara dengan
perbuatannya tanpa menambah-
nambah, dan kalau engkau mau,
engkau bisa memaafkannya. Dan memaafkannya berarti lebih
dekat dari ketakwaan dan lebih
menunjukkan kemuliaanmu.
Sebagaimana Firman Allah: “Dan balasan suatu kejahatan
adalah kejahatan yang serupa,
maka siapa memaafkan dan
berbuat baik maka pahalanya atas
(tangguangan) Allah.
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zhalim.” (Asy- Syura : 40). Kalau dengan balasan yang
setimpal engkau masih mendapat
tantangan dari dirimu sendiri,
pikirkanlah kembali kebaikan-
kebaikannya di masa lampau,
hitung semuanya, lalu balaslah kejahatannya sekarang dengan
kebaikan. Janganlah karena
kejahatannya, engkau melupakan
kebaikannya yang terdahulu.
Karena yang demikian itu adalah
kezhaliman yang sesungguhnya, wahai Yunus. Apabila engkau
memiliki teman, gandenglah
dengan tanganmu erat-erat,
karena mencari teman itu susah,
dan berpisah dengannya itu
perkara mudah.” (“Shifatush Shafwah II:252,253″)

7.4.11

Sikap Rahmat Seorang Muslim

Siapa yang tidak tahu Bulan,
satelit alami yang di miliki bumi.
Namun siapa tahu bahwa bulan
ternyata dahulunya memiliki
sejarah yang unik atas lahirnya
hingga menjadi satelit bumi. Semoga dengan ini kita dapat
mengambil hikmah dari lahirnya
bulan kepada Bumi. Terutama
tentang hikmah mengenai sikap
seorang muslim kepada suatu
kaum yang zalim terhadapnya. Menurut analisa yang diperoleh
dari fakta bahwa bulan tidak
memiliki kandungan air pada
permukaannya, maka dapat
dipastikan bahwa bulan tidak
terbentuk dalam waktu yang sama dengan bumi. Dalam arti ini bulan
lebih muda dari bumi. Pernyataan
ini dapat dipastikan bahwa jika
bumi dan bulan usianya sama,
maka bisa jadi bulanpun
seharusnya memiliki air, hujan, hutan dll --seperti keadaan yang
sama dengan bumi(lantaran
posisinya dengan matahari sangat
mendukung bagi kehidupan seperti
layaknya bumi). Namun, dengan
kondisi tanah yang tidak ada kandungan air, menjadikan pada
ilmuan berpendapat bahwa bulan
itu terbentuk dari suatu gugusan
debu-debu maupun batu-batu
angkasa yang kemudian
menggumpal dan membesar seperti sekarang. Lalu
pertanyaannya darimanakah
gumalan dan debu tersebut
berasal? Ilmuwan beranggapan bahwa pada
awal tata surya ini dilahirkan,
bumi tidaklah seperti sekarang,
melainkan ia adalah sebuah bola
padat yang panas.Pada saat itu
Tata Surya tidak seteratur sekarang, di mana planet-planet
yang mengitarinya masih dalam
masa seleksi untuk menentukan
siapa di antara mereka yang
berhak ‘menguasai’ suatu garis lintasan yang tidak ada satu objek
atau planet lainpun yang juga
menguasai garis lintasan
tersebut. Dalam masa tersebut, keadaan
tata surya dapat dibilang kacau,
karena akibat dari seleksi yang
sedang berlangsung, beberapa
dari mereka dapat saling
bertabrakan ketika beberapa dari mereka saling berpapasan
lantaran garis lintasan mereka
saling memotong ataupun
mendekati satu sama lain
sehingga menjadikan mereka
bertabrakan. Ketika masa tersebut bumi masih
sendirian tanpa ada bulan yang
mengelilinginya. Namun pada
suatu ketika pada masa seleksi
tersebut, sebuah planet yang
ukurannya sebesar planet Mars menabrak bumi ketika bumi dan
planet tersebut berpapasan,
karena ukuran bumi dan massa
bumi yang lebih besar sehingga
menjadikan planet tersebut
hancur berkeping-keping lalu karena energi tabrakan yang
dihasilkannya begitu besar
sehingga kepingan-kepingan
ledakan itu terhempas ke ruang
angkasa. Namun karena kepingan
tersebut masanya jauh lebih kecil daripada bumi dan adanya
grafitasi bumi disekitarnya,
sehingga kepingan-kepingan yang
terhempas tadi dapat ditarik
sehingga kepingan-kepingan
tersebut dapat mengelilingi bumi dan dari kepingan-kepingan yang
menjadi gugusan layaknya cincin
yang ada pada Planet Saturnus ini
menjadikannya saling tarik
menarik satu sama lain sehingga
menghasilkan grafitasi yang besar untuk menarik kepingan-
kepingan sisa hingga kepingan-
kepingan yang mengitari bumi
tadi habis dikumpulkan menjadi
gumpalan yang besar. Gumpalan
yang telah terbentuk inilah yang kemudian kita sebut dengan Bulan. Dari gambaran yang seperti ini,
kita dapat melihat cermin
seorang muslim, di mana ketika ia
di datangi oleh seseorang yang
bersikap zalim kepadanya. Di
mana di dalam Surat Al Furqon: 65 dijelaskan bahwa: Dan hamba-hamba Tuhan yang
Maha Penyayang itu (ialah) orang-
orang yang berjalan di atas bumi
dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung)
keselamatan. Al-Furqon(25):63 Sikap seorang muslim itu
seharusnya tidak menyakiti,
jikapun harus berbicara maka
mereka akan berbicara dengan
hikmah dan karena merekapun
tahu bahwa akibat dari sikap zalim dari orang lain yang
mengganggu mereka itulah yang
sebenarnya justru menghancurkan
dirinya sendiri. Sehingga degan
sikapnya yang penuh Rahmat itu,
justru mampu menjadikan hati orang yang menzaliminya akan
menjadi lunak lantaran sikap yang
penuh Rahmat. Seorang muslim dengan perhatian
dan keteguhan jati dirinya dapat
membentuk suatu bentuk karakter
baru yang baik dan teduh bagi
siapa yang melihatnya. Sehingga
ketika mereka dizalimi maka mereka tahu bahwa pada saat
tersebut dirinya akan tetap
berada pada sisi baiknya sebagai
Rahmat Semesta Alam sehingga
dengan demikian dapat
menjadikan hati orang-orang yang keras menjadi hancur berkeping-
keping karena luluh lantaran sikap
Rahmat serta kuatnya jati diri
terhadap prinsipnya yang
kemudian seiring dengan itu pula
mereka menjadi teman dekat bagi orang yang zalim yang hatinya
telah luluh dengan sikap-sikap
Rahmat mereka
Subhanallah Dan tidaklah sama kebaikan dan
kejahatan. Tolaklah (kejahatan
itu) dengan cara yang lebih baik,
maka tiba-tiba orang yang
antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Fushshilaat:34 Akibat sikap-sikap mereka yang
Hikmah itu menjadikan hati yang
luluh itu terpesona dan secara
naluri ingin mengikuti seperti
apa yang ada pada diri mereka.
Dan karena sikap perhatian dan jiwa kasihnya mampu menarik
hati yang luluh hingga membentuk
suatu hati yang baru yang siap
untuk di huni bagi sedemikian
banyak kebaikan yang Diridhai
Rabbnya. Subhanallah... Moon Birth References:
National Geographic. Naked
Science. Episode: "Moon
Misteries"

Kisah tentang Niqab di Hong Kong

Senyum dan tangis yang bisa
dijadikan gambaran curahan
hatiku saat berjalan dalam balutan
jilbab dan niqab selama dinegara
Beton. Hong Kong, negara Andy
Lau dan Jacky Chan dijuluki dengan sebutan negara beton,
karena wilayah China yang pernah
dipimpin British ini betul-betul
negara yang banyak apartemen-
apartemen dan bangunan mewah
yang dibeton. Di kota Hong Kong mayoritas masyarakat tinggal di
apartemen. Negara yang bisa disebut negara
sekuler ini menjanjikan limpahan
materi, menyalakan keimanan
sangat penting. Godaan duniawi
mampu meluluhkan iman
seseorang. Namun, tidak sedikit pula warga Indonesia yang justru
menemukan hidayah Islam di
Hong Kong. Kerasnya ujian dan
keringnya nilai kekeluargaan pada
lingkungan membuat nurani
dituntut berpikir cerdas. Awalnya saya bercadar karena
ada keinginan kuat dari hati, ingin
meneladani cara hidup wanita-
wanita mulia di zaman Rasulullah.
Mereka yang terkenal kemuliaan
akhlak dan imannya, sangat menjaga aurat dan pemalu. Tidak
lama kemudian, Subhanallah,
teman-teman mengikuti langkah
ini, jadilah beberapa dari kami
mengenakan cadar. Meskipun ilmu
kami sangat minim, namun apapun usaha yang kami mampu kami
kerjakan dulu. Suka duka cadar selama melekat
ditubuh ini mencipta haru-biru
dan senyum riang. Suatu ketika saat ingin
menunaikan ibadah sholat
dimasjid Jami’ Tsim Sha Tsui, saya pernah dihujat sebagai orang
fanatik yang over. Senyum saja,
mereka belum tahu, tidak bisa
disalahkan pandangan ini jika
yang melontarkan kata tersebut
benar-benar belum tahu. Suatu hari, saat berada dalam
sebuah kereta umum bawah tanah
atau yang disebut MTR, seorang
lelaki China memandang saya
dengan penuh ketidaksukaan, saya
tersenyum dalam hati. Alhamdulillah, Allah menjadikan
saya muslimah yang mengenal-
Nya. Suatu hari lagi, saat berjalan
disebuah taman salah satu sudut
kota Hong Kong, seorang wanita
China mengatakan “Budak Hitam” ketika melihat saya. Subhanallah,
iman ini justru menyala,
tertantang untuk terus
menguatkan niat bercadar dan
memperkenalkan islam pada
mereka. Ada lagi kisah yang membuat saya
tersenyum geli bercampur miris.
Saat berjalan di sebuah taman,
saya dikejutkan kakek berusia
tujuhpuluhan tahun mengatakan
begini, “Kwai leikah, emhai yan.” Artinya, dia hantu, bukan orang.
Lalu beberapa langkah lagi kaki
berjalan, kerumunan wanita
Indonesia berdandan tomboy
berkata seperti ini, “Wah kok ada ninja hatori jalan disini.” Saya tidak marah, tidak tersinggung,
saya geli mendengarnya. Sungguh, cadar bukanlah pakaian
menakutkan seperti yang ada
dalam benak dan pandangan
mereka. Begitulah kisah-kisah
niqab yang terjadi yang bisa saya
himpun, saya berharap warga Indonesia khususnya muslim
tidak merasa asing dengan niqab,
apalagi berpikir buruk dengan
citra cadar pada Muslimah yang
berusaha sempurna dalam
menutup aurat. Penulis: Yulianna

Jilbab adalah Salah satu Sekolah Akhlak bagi para Muslimah

Bismillahirrahmanirrahiim... Jilbab adalah Salah satu Sekolah
Akhlak bagi para Muslimah Allah memberikan karunia kepada
setiap Muslim berupa karunia
Iman. Karunia yang mampu
merubah hati seorang muslim
menjadi baik. Dan sikap baik
tidaklah langsung di dapat dengan secara serta merta dan dilatih
tanpa sebab. Sehingga sikap yang
baik itu diperoleh dengan
kesabaran dan belajar untuk
membiasakan diri dalam
melakukannya. Dan salah satu media belajar bagi para muslimah
dalam mentaati perintah adalah
memelihara diri, yang dimana
keterpeliharaan ini dicicil salah
satunya dengan ketaatannya
terhadap perintah berjilbab. Berjilbab, tak mesti harus
sempurna memiliki akhlak yag
baik dulu barulah seorang
muslimah berjilbab, yang penting
mereka adalah seorang Muslim.
Ini sudah cukup karena orang- orang muslim adalah orang-orang
yang berserah diri kepada Allah.
Karena jilbab adalah perintah
yang lain dari perintah atas
akhlak yang baik, namun kita tidak
dapat pungkiri bahwa ketaatan dalam perintah berjilbab ini
setidak-tidaknya mampu mencicil
ketaatan mereka dalam
melengkapi ketaatan yang lain,
sehingga ketaatan itu
membiasakan diri mereka untuk mengajarkan akhlak yang baik
hingga menjadikan karakter di
dalam diri mereka. Apakah seorang siswa harus
menjadi pintar terlebih dahulu
sebelum ia masuk sekolah? Tidak,
karena siswa yang masuk sekolah
itu justru bertujuan agar ia
menjadi manusia yg pintar sehingga jika ia sudah pintar
maka iapun akan berbahagia atas
apa yang ia peroleh. Begitupun
juga dengan muslimah, tidak
harus akhlaknya baik dahulu baru
berjilbab, karena jilbab adalah sekolah akhlak baginya, agar
dengan sekolah itu ia
membiasakan dirinya untuk
membina akhlaknya menjadi baik
dengan ketaatan kepada perintah
yang lainnya. Jika akhlaknya sudah baik, maka ia akan
berbahagia, di tempat(milik)nya
yaitu Syurga... Subhanallah..
Insya Allah Jadi bukanlah sebuah alasan yang
tepat jika ada pernyataan
jilbabkan hati secara menyeluruh
dahulu baru jilbabkan kepala hanya
karena khawatir akan mencoreng
nama baik islam. Seorang yang berjilbab bukanlah manusia yang
telah mustahil dalam berdosa,
sama seperti diri kita semua,
semua tidak luput dari dosa-dosa,
hanya saja kita semua berusaha
untuk menghindari dosa-dosa dengan cara membiasakan diri
dalam ketaatan. Berharap agar
Allah karuniakan perilaku yang
baik kepada kita agar bermanfaat
bagi diri kita dan orang lain.

Jilbab adalah Salah satu Sekolah Akhlak bagi para Muslimah

Bismillahirrahmanirrahiim... Jilbab adalah Salah satu Sekolah
Akhlak bagi para Muslimah Allah memberikan karunia kepada
setiap Muslim berupa karunia
Iman. Karunia yang mampu
merubah hati seorang muslim
menjadi baik. Dan sikap baik
tidaklah langsung di dapat dengan secara serta merta dan dilatih
tanpa sebab. Sehingga sikap yang
baik itu diperoleh dengan
kesabaran dan belajar untuk
membiasakan diri dalam
melakukannya. Dan salah satu media belajar bagi para muslimah
dalam mentaati perintah adalah
memelihara diri, yang dimana
keterpeliharaan ini dicicil salah
satunya dengan ketaatannya
terhadap perintah berjilbab. Berjilbab, tak mesti harus
sempurna memiliki akhlak yag
baik dulu barulah seorang
muslimah berjilbab, yang penting
mereka adalah seorang Muslim.
Ini sudah cukup karena orang- orang muslim adalah orang-orang
yang berserah diri kepada Allah.
Karena jilbab adalah perintah
yang lain dari perintah atas
akhlak yang baik, namun kita tidak
dapat pungkiri bahwa ketaatan dalam perintah berjilbab ini
setidak-tidaknya mampu mencicil
ketaatan mereka dalam
melengkapi ketaatan yang lain,
sehingga ketaatan itu
membiasakan diri mereka untuk mengajarkan akhlak yang baik
hingga menjadikan karakter di
dalam diri mereka. Apakah seorang siswa harus
menjadi pintar terlebih dahulu
sebelum ia masuk sekolah? Tidak,
karena siswa yang masuk sekolah
itu justru bertujuan agar ia
menjadi manusia yg pintar sehingga jika ia sudah pintar
maka iapun akan berbahagia atas
apa yang ia peroleh. Begitupun
juga dengan muslimah, tidak
harus akhlaknya baik dahulu baru
berjilbab, karena jilbab adalah sekolah akhlak baginya, agar
dengan sekolah itu ia
membiasakan dirinya untuk
membina akhlaknya menjadi baik
dengan ketaatan kepada perintah
yang lainnya. Jika akhlaknya sudah baik, maka ia akan
berbahagia, di tempat(milik)nya
yaitu Syurga... Subhanallah..
Insya Allah Jadi bukanlah sebuah alasan yang
tepat jika ada pernyataan
jilbabkan hati secara menyeluruh
dahulu baru jilbabkan kepala hanya
karena khawatir akan mencoreng
nama baik islam. Seorang yang berjilbab bukanlah manusia yang
telah mustahil dalam berdosa,
sama seperti diri kita semua,
semua tidak luput dari dosa-dosa,
hanya saja kita semua berusaha
untuk menghindari dosa-dosa dengan cara membiasakan diri
dalam ketaatan. Berharap agar
Allah karuniakan perilaku yang
baik kepada kita agar bermanfaat
bagi diri kita dan orang lain.